Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Hardiknas, "Saya Menulis Ini dengan Tetes Air Mata..."

Kompas.com - 02/05/2020, 10:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Titien Suprihatien

“Saya menulis dengan tetes air mata berharap semangat juang para pahlawan lahir di setiap hati kita. Indonesia tidak akan bisa bangkit dengan keindividuan. Sungguh bangsa ini butuh persatuan yang nyata.”

Dua bulan sudah bangsa ini goyah, wabah dari zat tak kasat mata membuat Indonesia bahkan dunia mengalami demam total.

Sampai 30 April 2020 juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid 19, Achmad Yurianti mengatakan kasus positif Corona di Indonesia menembus angka 10.118 pasien.

Sekitar 54 persen berada di kelompok usia 3—59 tahun. Mobilitas tinggi membuat kelompok ini beresiko tinggi untuk tertular.

Anak bangsa berbagi tugas

Indonesia bukanlah bangsa yang "cemen". Negeri ini lahir dari perjuangan dengan tetes darah para pahlawan. Kita diwarisi semangat gotong royong bahu membahu semenjak dahulu. Namun harus diakui warisan tak ternilai itu nyaris hilang ditelan individualisasi.

Ini saatnya kita bersatu, saling bergandeng tangan. Berjuang berbagi tugas sesuai bidang profesi masing-masing. Merapatkat kinerja tanpa kontak fisik disertai doa dan keyakinan.

Bagaimana pendidikan bisa bertahan?

Baca juga: Sejarah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)

Kembali kepada persatuan, semua guru harus melakukan edukasi gotong royong. Bekerja sama tanpa membeda-bedakan segala hal. Akan terasa berat jika pendidikan jarak jauh dilakukan sendiri-sendiri.

Edugoro bagai ilmu sapu lidi. Semua guru menjalin kerja sama, menyatukan kekuatan dengan strategi sederhana. Salah satu contoh: guru-guru dalam satu kabupaten bekerja sama membuat jadwal pembelajaran jarak jauh (PJJ) live atau secaara langsung di media sosial.

Kami memberikan materi secara bergantian. Satu tayangan pembelajaran bisa di tag ke semua kelas di setiap sekolah. Satu guru untuk semua, artinya satu orang guru yang memberikan PJJ, diturunkan, sehingga ada 1000 lebih guru yang mengontrol pembelajaran dan hasil belajar siswanya masing masing.

Demikian bisa kita lakukan bersama sebagai aktualisasi edukasi gotong royong.

Edukasi alam dan rasa

Alam yang terhampar luas ini adalah laboratorium maha raksasa yang tidak akan pernah habis untuk di pelajari.

Setiap jengkalnya bisa dijadikan bahan ajar oleh guru semua mata pelajaran dan bisa dijadikan sumber belajar bagi siswa. Kuncinya adalah desain penyajian PJJ dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) daring. Guru harus mampu merancang PJJ bermakna dan bermanfaat.

Langkah-langkah mendesain pjj:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com