Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gula Langka, Pakar UGM: Pasokan Diperkirakan Masuk Pasar Bulan Juli

Kompas.com - 05/05/2020, 11:26 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Ketersediaan bahan pokok seperti gula mulai langka sejak awal Maret 2020. Membuat harga gula melonjak di pasaran.

Pakar ekonomi pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Masyhuri mengatakan, kelangkaan ini di antaranya disebabkan permintaan yang tinggi menjelang hari raya Idul Fitri dan panic buying karena pandemi Covid-19.

"Stok yang masih ada diborong masyarakat karena untuk persediaan bulan puasa dan lebaran karena masyarakat kan konsumsi gulanya tinggi di bulan-bulan itu. Lebih-lebih, ditambah pandemi yang tidak tahu kapan berakhir, ini akan menambah jumlah yang harus disimpan," papar Masyhuri seperti dilansir dari laman resmi UGM, Selasa (5/5/2020).

Walau begitu, Masyuri berpendapat, pasokan gula akan kembali ada di pasar bulan Juli.

Baca juga: 8 Cara Atasi Bibir dan Kulit Kering Saat Puasa dari Ahli Kulit UGM

"Bulan Mei merupakan awal musim giling sehingga gula diperkirakan akan tersedia di pasar pada bulan Juli mendatang," terangnya.

Potensi krisis pangan akibat pandemi Covid-19

Masyhuri mengungkapkan, kelangkaan sejumlah bahan pokok tidak langsung bisa dilihat sebagai indikasi krisis pangan di Indonesia.

Kondisi ini, menurutnya, tidak akan mengarah pada krisis pangan jika pandemi Covid-19 dapat berakhir dalam waktu dekat.

Hanya saja, potensi krisis pangan bisa muncul jika pandemi ini berkepanjangan.

“Bila pandemi ini panjang produksi berkurang karena input yang digunakan berkurang. Produksi input seperti pupuk dan pestisida juga akan berkurang,” terangnya.

Baca juga: Beasiswa S1 di Sekolah Tinggi Hukum, dari Biaya Kuliah hingga Hidup

Tak hanya terjadi di Indonesia, lebih lanjut Masyhuri menjelaskan, pandemi Covid-19 cukup memengaruhi sektor pangan dunia.

“Kerja terbatas, transportasi terbatas, otomatis produktivitas dan produksi pangan berkurang. Gangguan transportasi akan mengganggu juga ekspor impor, tambahan lagi nilai dolar meningkat dan nilai rupiah anjlok sehingga impor mahal dan permintaan ekspor menurun,” jelasnya.

Kemandirian pangan

Saat ini hampir semua sektor pangan utama Indonesia masih mengalami defisit, seperti gandum, gula, kedelai, jagung, bawang putih, bawang bombai, cabai, telur, daging, dan lainnya.

Untuk mengatasi persoalan ini, Masyhuri menyarankan pemerintah untuk segera meningkatkan kemandirian pangan.

Indonesia, lanjutnya, perlu meningkatkan produksi pangan dalam negeri serta membangkitkan kembali target pencetakan sawah yang selama ini masih mengalami kegagalan, di samping mendorong adanya lumbung pangan di daerah.

Baca juga: Beasiswa S2 Manajemen PPM Jakarta, dari Biaya Kuliah hingga Uang Saku

“Gudang Bulog sangat tidak cukup untuk cadangan pangan. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong adanya lumbung pangan mulai dari RT RW, pedukuhan, kelurahan, dan seterusnya,” ungkapnya.

Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan sosialisasi mengenai program pemerintah yang menjamin tersedianya bahan kebutuhan pokok tersebut.

"Pemerintah harus bisa meyakinkan masyarakat, dan keberadaan lumbung pangan menurutnya akan membantu memberikan keyakinan tersebut," pungkas Masyhuri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com