Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Novel "The Supernumerary Project", Komedi Romantis Berlatar "Reality Show"

Kompas.com - 29/08/2020, 22:22 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Oleh: Claudia Putri | M&C Gramedia

KOMPAS.com - "The Supernumerary Project", merupakan novel romance anti-mainstream yang terbit pada Februari 2020 di Penerbit Clover.

Sebelumnya Aranindy telah menerbitkan novel "Aidoru no Sekaini Yoroshiku", "Bokutachi no Unmei", "Chouzetsu Guardian Series", "DokiDoki Game Series", dan "Eren’s Play" dengan nama pena Orihara Ran.

Setelah sukses membahas tema entertainment di Jepang, kini Orihara Ran mengganti nama penanya menjadi Aranindy dan membahas reality show yang berlatar belakang di Indonesia.

"The Supernumerary Project" mengangkat tema perjodohan seperti konsep The Bachelor—dating game show dari Amerika.

"The Supernumerary Project"

 

Aydan Dirgantara, the most eligible bachelor dan pengusaha yang masuk list Forbes ini mengikuti titah sang Ibunda untuk ikut serta di acara The Choosen One.

Di program acara tersebut, Aydan akan dipertemukan dengan 30 kontestan wanita yang akan memperebutkan hatinya.

Baca juga: Buku Mastering Facilitation, Fasilitator Tak Cuma Soal Prestisius di Kartu Nama

“The keyword here is sophisticated. Selling point-nya melihat para kontestan bersaing memenangkan perhatian si bachelor dengan cara berkelas.” (P. 10-11)

Sarah sang produser TCO kalang kabut karena gugurnya salah satu kontestan sebelum acara dimulai. Saat terdesak, ia meminta sahabatnya, Rayne Madaharsa untuk menggantikan kontestan tersebut.

Sarah juga mengajak temannya yang merupakan penulis romance terkenal, Gisel, untuk ikut membantu membujuk Rayne.

Dengan win-win solution, Sarah menjanjikan agar membatasi screen time dan hadiah mewah untuk Rayne. Selain itu, Gisel memberikan tips dan trik menjadi figuran tak kasatmata agar Rayne cepat dieliminasi.

“Di dunia pertunjukan, supernumerary adalah sebutan untuk karakter tambahan atau bahasa umumnya figuran. Biasanya muncul buat crowd scene gitu. Nyaris tanpa dialog, tanpa nama, dan nggak ada karakterisasi. Sama sekali nggak menonjol. Intinya, cuma buat ngeramein suasana doang.” (P. 34)

Dari persaingan hingga intrik

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau