Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut Ragam Aksara Kuno yang Dikenal di Indonesia

Kompas.com - 08/09/2020, 13:40 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Tepat pada 8 September 2020 ini diperingati sebagai Hari Aksara Internasional (HAI). Beragam upaya dilakukan pemerintah agar masyarakat Indonesia terbebas dari buta aksara.

Namun, dengan banyaknya suku dan budaya di Indonesia, ada banyak pula ragam aksaranya. Terlebih ragam aksara yang kuno.

Bagi siswa maupun masyarakat, berikut ini ragam aksara yang dikenal di Indonesia. Informasi dirangkum dari akun resmi Instagram Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Selasa (8/9/2020).

Baca juga: Kemendikbud: Ini 4 Strategi Indonesia Tuntaskan Buta Aksara

Aksara Pallawa

Aksara Pallawa berperan besar dalam perkembangan aksara di Indonesia dan kerap disebut sebagai akar dari aksara-aksara yang berkembang di Indonesia.

Hal ini lantaran banyak prasasti yang ditemukan di Indonesia dan menggunakan aksara Pallawa.

Aksara Ka-Ga-Nga

Aksara ini kerap ditemukan pada naskah kuno Bengkulu, yakni naskah Ka-Ga-Nga. Meskipun belum ditemukan fakta sejak kapan aksara ini dikenal masyarakat Bengkulu.

Tetapi diyakini Suku Rejang lah yang terlebih dahulu menggunakan dalam tradisi tulis sejak pemerintahan Ajai di daerah Rejang Lebong.

Naskah dan aksara Ka-Ga-Nga sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2013 kategori Tradisi dan Ekspresi Lisan.

Aksara Lontara

Aksara Lontara menjadi salah satu aksara kuno lainnya yang berasal dari Suku Bugis, Makassar.

Biasanya aksara ini ditemukan di berbagai upacara adat Suku Bugis dalam prosesi pernikahan. Adapun aksara ini biasanya ditulis di daun lontar.

Aksara Kawi (Jawa Kuno)

Aksara Kawi banyak ditemukan di wilayah Jawa dan Bali dan diperuntukkan untuk menulis bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta.

Aksara kawi merupakan aksara brahmi historis yang digunakan di wilayah Asia Tenggara dari abad ke-8 hingga abad ke-16 masehi.

Aksara Hangeul

Meskipun aksara hangeul berkaitan dengan bahasa Korea, aksara ini rupanya juga ditemukan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

Masyarakat Suku Cia-Cia, penduduk asli Pulau Buton diperkenalkan aksara hangeul sejak tahun 2009.

Baca juga: Kemendikbud: Ini Persyaratan Dapat Subsidi Kuota Gratis bagi Mahasiswa

Aksara ini juga digunakan untuk petunjuk tempat-tempat umum bahkan masuk di masa pelajaran muatan lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau