Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenristek: Green Diesel D100, Bahan Bakar Terbarukan dari Sawit

Kompas.com - 10/09/2020, 13:20 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Bangsa Indonesia terus melakukan inovasi agar minyak bumi dari fosil bisa dikurangi. Sebab, jika diambil terus menerus minyak bumi akan habis.

Tetapi, belum lama ini Pertamina dan ITB berhasil mengujicoba produksi Green Diesel D100 dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) kelapa sawit.

Sehingga ini menjadi kabar baik bagi bangsa Indonesia karena mampu menghasilkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

Baca juga: Menristek: Bahan Bakar Nabati Sawit Jadi Harapan Baru Indonesia

Hal itu diungkapkan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro pada Webinar The Development of Biofuels Indonesia-Brazil: "Lesson Learned from The Development of Brazilian Bioethanol-Based Biofuel" secara virtual pada Rabu (9/9/2020) malam.

Dari bahan baku sawit

Menurut Menristek Bambang, karakteristik green diesel D100 sama sekali berbeda dengan biodiesel yang ada di pasaran saat ini yang dikenal dengan istilah B20 atau B30.

Tapi, Green Diesel D100 diproduksi dari bahan baku 100 persen RBDPO yang diolah menggunakan Katalis Merah Putih hasil pengembangan ITB dan Pertamina.

Hasilnya, biohidrocarbon beroktan sangat tinggi dengan karakteristik fisika dan kimia sama persis dengan solar yang diproduksi dari bahan bakar fosil.

"Indonesia perlu berubah terhadap ketergantungan akan bahan bakar fosil menjadi pada bahan bakar terbarukan," ujar Bambang.

Tentunya, penggunaan bahan bakar green diesel D100 pada kendaraan:

1. Tidak akan menurunkan kinerja mesin.

2. Kendaraan tidak perlu dilakukan modifikasi tertentu pada mesin sebagaimana yang terjadi pada kendaraan-kendaraan yang diberi asupan biodiesel B30 yang berbasis FAME.

Belajar dari Brasil

Oleh karena itu dengan keberhasilan Indonesia menguji coba produksi green diesel D100 skala industri, selanjutnya Indonesia akan mengambil pelajaran dari keberhasilan Brasil.

Kenapa Brasil? Karena Brasil telah terlebih dulu mengimplementasikan tebu menjadi bahan bakar nabati berproduksi dalam skala komersial.

Brasil sendiri telah mengimplementasikan kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati berbasis tebu. Maka Indonesia akan belajar dari negara Brasil khususnya didalam pengaturan kebijakan penentuan harga Tebu-Gula-Etanol.

Nantinya akan diadaptasi oleh Indonesia ke dalam kebijakan regulasi penentuan harga Sawit-Minyak Sawit (Industrial Vegetable Oil)-Bahan Bakar Biohidrocarbon serta pemberian dukungan riset dan pengembangan DNA sawit unggul berkelanjutan.

Di Brasil pakai tebu

Duta Besar Brasil H.E. Jose Amir da Costa Dornelles mengatakan, kesempatan yang luar biasa ini nantinya bisa saling bertukar pengalaman dalam sektor pengolahan bahan bakar nabati yang nantinya dapat memberi keuntungan kedua negara.

"Tebu saat ini merupakan bahan baku energi yang sangat penting di Brasil di bawah minyak bumi. Tebu dapat menghasilkan etanol untuk menggantikan 46 persen pemakaian bensin di Brazil," jelas Jose Amir.

Sementara itu Plt. Deputi Bidang Penguatan Inovasi Jumain Appe menyampaikan bahwa agenda ini merupakan kesempatan belajar bersama Indonesia dan Brasil.

Baca juga: Menristek: Ini Fokus Prioritas Riset Nasional pada Rakornas PRN 2020

Harapannya bisa untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, pengembangan teknologi, dan model bisnis bahan bakar nabati di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com