Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Ini Beda Nyeri Sendi akibat Asam Urat dan Autoimun

Kompas.com - 08/12/2020, 06:44 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Rematik asam urat dan autoimun merupakan penyakit yang sama-sama menyerang persendian tubuh. Memiliki gejala yang sama, tak jarang membuat orang salah mengira.

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Nyoman Kertia menyampaikan pemaparan tentang hal-hal yang perlu diketahui masyarakat tentang penyakit rematik asam urat dan autoimun.

"Kedua penyakit itu memang sama-sama menyerang persendian tubuh," paparnya dalam seminar daring bertajuk “Mengenal Penyakit Rematik Asam Urat dan Autoimun serta Penanganannya” yang digelar Ikatan Remautologi Indonesia cabang Yogyakarta.

Baca juga: 30 Kampus Terbaik Indonesia Versi “QS Asia University Rankings 2021”

Melansir laman resmi UGM, Prof. Nyoman menjelaskan bahwa rematik asam urat dan autoimun memiliki gejala yang berbeda.

Ia menyatakan bahwa kedua penyakit itu memang sama-sama menyerang persendian tubuh, namun untuk rematik cenderung hanya menyerang sebagian persendian, umumnya di jari-jari kaki. Sementara Autoimun menyerang lebih menyeluruh persendian di tubuh.

Penyebab dan penanganan asam urat

Selain gejala, ia menjelaskan bahwa rematik asam urat disebabkan oleh beberapa faktor.

Penyakit tersebut bisa disebabkan faktor dari dalam, yakni secara genetik dan akibat kondisi penyakit lain. Namun, bisa pula disebabkan dari luar yaitu dari pola konsumsi.

Baca juga: Kampus Swasta Terbaik Indonesia Versi “QS Asia University Rankings 2021”

“Penyakit yang menyerang persendian ini bisa diderita oleh seseorang yang sering mengonsumsi makanan mengandung purin. Hal itu seperti jeroan, otak, kacang-kacangan, kobis, kangkung, emping, durian, dan nanas,” terangnya.

Sementara untuk Autoimun, Nyoman menyebut juga disebabkan faktor dari dalam, seperti etnis, genetik, dan gender (wanita lebih rawan).

Kemudian, faktor dari luar, yakni lingkungan (cahaya matahari, bahan kimia, dan infeksi virus atau bakteri).

Untuk penanganannya, Nyoman mengungkapkan bahwa obat untuk kedua penyakit sudah ditemukan.

Namun, untuk Autoimun memang cenderung lebih lama dan agak susah penyembuhannya, utamanya untuk jenis turunan lupus.

Baca juga: 50 SMA/MA dengan Nilai Rerata UTBK 2020 Tertinggi, Intip Skornya

“Rematik yang disebabkan oleh dampak penyakit lain lebih mudah diobati. Semisal kanker, maka kankernya diperbaiki maka akan sembuh dengan sendirinya,” terangnya.

Meski tergolong penyakit umum, Nyoman memberikan sejumlah saran agar masyarakat terhindar dari penyakit tersebut.

Untuk rematik, kata dia, usahakan untuk menghindari atau mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin tadi. Ia juga mengingatkan bahwa semakin gemuk seseorang, juga semakin naik risiko terkena rematik.

Lalu, untuk Autoimun, ia mengingatkan agar tidak sering terkena infeksi, jangan stres, jangan terlalu capek dan cukup istirahat.

Mengenai pola makan, ia menyebut bahwa sejauh ini belum ada penelitian atau temuan bahwa makanan tertentu bisa menyebabkan Autoimun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau