Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Baru Corona, Pakar Unpad: Vaksin Harus Sesuai Mutasi Covid-19

Kompas.com - 29/12/2020, 09:29 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pasca Inggris mengumumkan adanya varian baru virus Corona yang disebut lebih menular, banyak negara di Eropa memberlakukan larangan perjalanan ke atau dari Inggris untuk mengurangi risiko penularan B117 (nama varian baru Corona tersebut).

Baru-baru ini, sejumlah negara juga melaporkan adanya kasus mutasi baru dari virus Corona yang membawa 17 perubahan genetik. Mutasi baru dari virus Corona disinyalir lebih berbahaya dari virus lama.

Ahli Mikrobiologi Universitas Padjadjaran Mia Miranti mengatakan, virus Corona termasuk ke dalam kelompok virus RNA.

Baca juga: Guru Besar IPB Temukan Formula Minuman Penurun Gula Darah

RNA merupakan salah satu jenis dari asam nukleat yang menjadi ciri bahwa virus dikategorikan sebagai makhluk hidup. Hasil penelitian di beberapa jurnal ilmiah menyebut bahwa kelompok virus RNA mudah mengalami mutasi.

“Replikasi virus ini tidak ada yang tidak menyebabkan penyakit pada inangnya, karena dia akan mengambil alih sistem kerja sel inang untuk proses reproduksi dia,” ujar Mia dalam keterangan tertulis di laman resmi Unpad, Senin (28/12/2020).

Virus Corona sering bermutasi

Mia menjelaskan, bahwa virus Corona sebenarnya sudah sering mengalami mutasi untuk menyesuaikan diri dengan sel inangnya.

Pasalnya, ketika virus Corona menginfeksi satu tubuh inang, maka RNA-nya akan melakukan replikasi atau berkembang biak.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Obat Herbal Penurun Asam Urat

Bahkan, lanjut dia, Sejak dari Wuhan, Tiongkok, virus Corona sudah mengalami mutasi sehingga dia mampu bertahan pada rentang suhu 5 – 10 derajat Celcius.

Lalu, ketika menyebar ke Iran dan kawasan Timur Tengah, Mia memperkirakan bahwa virus telah mengalami mutasi kembali yang memungkinkan dia tahan terhadap suhu panas.

Vaksin harus menyesuaikan mutasi virus

Mia mengatakan Virus Corona di Indonesia sendiri sudah mengalami mutasi. Laporan dari Eijkman Institute beberapa waktu lalu menemukan bahwa virus Corona di Indonesia memiliki strain yang berbeda dengan virus di Wuhan.

“Hanya saja proses mutasinya tidak seperti yang sekarang lagi heboh di Inggris,” jelasnya.

Pengajar di Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam ini menyebut, ada kemungkinan proses mutasi di Inggris dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga kemungkinan infeksinya lebih tinggi.

Baca juga: BCA Buka 5 Lowongan Kerja untuk Fresh Graduate

Dengan kata lain, mutasi suatu virus bisa jauh lebih berbahaya jika dipengaruhi oleh sejumlah faktor.

Karena mutasi setiap virus dipengaruhi oleh faktor inangnya, Mia berpendapat bahwa pengembangan vaksin mestinya disesuaikan dengan hasil mutasi virusnya.

“Vaksin Covid-19 di Indonesia seharusnya disesuaikan dengan karakter virus yang ada di Indonesia,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau