Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Pembelajaran Tatap Muka, antara Penantian dan Harapan

Kompas.com - 06/03/2021, 16:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Saiful Anam | Pengawas SMP Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

KOMPAS.com - Mendikbud Nadiem Makarim menargetkan proses vaksin lima juta guru dan tenaga kependidikan bisa selesai di akhir Juni 2021. Apabila hal itu tercapai, maka proses belajar tatap muka di sekolah bisa terlaksana di Juli 2021.

Berita ini tentu menjadi informasi yang membahagiakan bagi siswa, guru, dan orangtua. Karena meski proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah berjalan cukup lama, PJJ seperti kehilangan daya tarik bagi siswa.

Sudah banyak guru yang mencoba lebih kreatif dalam menerapkan PJJ melalui berbagai aplikasi daring, tapi daya tarik siswa tetap belum begitu terlihat ada perkembangan signifikan.

Ada beberapa alasan mengapa PJJ menjadi harapan dan juga penantian baik bagi siswa, guru dan juga orangtua.

Baca juga: Belajar Tatap Muka Pascavaksin: Memastikan Guru Siap dan Vaksin untuk Siswa

Minat siswa menurun 

Kenapa partisipasi pembelajaran siswa menurun?

Ada banyak faktor yang menyebabkan daya tarik siswa menurun ketika melakukan PJJ. Ada disebabkan kesulitan membeli smartphone, wilayah tidak terjangkau internet, pembelajaran PJJ kurang menarik, hingga waktu siswa yang tersita karena harus membantu orangtua.

Banyak juga siswa yang lebih senang mengikuti kegiatan lain daripada mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru seperti: gowes, main game, atau sekadar bermain dengan teman.

Kurangnya peran orangtua 

Peran serta orangtua mendampingi anak belajar sebenarnya sangat dibutuhkan. Namun karena pekerjaan, pendapatan yang pas-pasan, dan kemampuan akademik yang terbatas, pendampingan terhadap anak di rumah jadi kurang maksimal.

Beberapa orangtua siswa ada yang terbebani dengan penugasan guru yang harus melibatkan mereka. Anggaran biaya pendidikan untuk membeli smartphone dan kuota yang membengkak di saat pandemi juga menambah beban orangtua siswa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com