KOMPAS.com - Literasi tidak dapat dilepaskan dari dua agenda strategis: sumber daya manusia (SDM). dan kebudayaan. Ketersinggungan nyata antara literasi, pendidikan, dan kebudayaan inilah yang kemudian melahirkan masyarakat berpengetahuan (knowledge society).
“Dengan membangun pendidikan yang baik literasi dapat meningkat. Sebaliknya dengan literasi yang rendah justru bisa dipastikan akan menimbulkan konsekuensi lain yang lebih memakan biaya dan menyita waktu," ungkap Amich Alhumami, Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
Kondisi ini diyakini akan meningkatkan produktivitas dan pendidikan adalah mula bagaimana mengubah arah kehidupan.
"Maka, penting membekali anak dengan keterampilan baca, khususnya di rentang usia 8-10 tahun,” tegas Amich dalam Rakornas Bidang Perpustakaan 2021 yang digelar Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada Selasa, 23 Maret 2021.
Tahun ini, Rakornas Bidang Perpustakaan 2021 yang diadakan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengangkat tema "Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural".
Baca juga: Tjahjo Kumolo Dorong ASN Jadi Motor Penggerak Penguatan Literasi
Lebih jauh Amich menjabarkan konsekuensi yang dirasakan ketika literasi rendah, antara lain:
Amich menerangkan, negara dengan proporsi penduduk yang bekerja sangat besar di berbagai lapangan dan jenis pekerjaan justru mensyaratkan kemampuan baca yang tinggi karena akan cenderung lebih produktif.
"Terlebih di era dimana teknologi berperan penting dalam perekonomian, nyaris dipastikan semua memerlukan kemampuan analisis dan keterampilan komunikasi sehingga kausalitas antara produktivitas tinggi dan kemampuan membaca di tempat kerja merupakan hal yang lumrah," tegasnya.
Ia menambahkan, “sebaliknya di negara yang belum menjadikan keterampilan membaca sebagai ukuran kinerja di tempat kerja cenderung kurang produktif atau produktivitasnya rendah.”
Menurut data Global Knowledge Indeks 2020 yang dirilis Bappenas, diketahui bahwa Indonesia menempati peringkat ke-81 dari 138 negara, dan peringkat ke-23 dari 36 negara dengan pembangunan manusia yang tinggi.
Sedangkan, di lingkup ASEAN, Indonesia malah berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Amich mengatakan, “perlu perbaikan serius untuk mengatasi disparitas yang mencakup aspek ekonomi, pendidikan, teknologi, riset ilmiah, dan vokasi."
Dengan kata lain, Indonesia masih perlu melakukan upaya peningkatan kapasitas dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai strategi, program, dan kegiatan yang tepat,” pungkas Amich.
Baca juga: Literasi Digital, Ini Cara Lindungi Data Diri agar Tak Disalahgunakan
Rakornas Perpustakaan 2021 telah berlangsung sejak Senin 22 Maret 2021 dengan menghadirkan beberapa pembicara kunci untuk bidang kebijakan seperti; Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri), Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Halim Iskandar (Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi).
Dalam rakornas yang diikuti leboh dari 10 ribu peserta, turut hadir pula Tri Rismaharini (Menteri Sosial), Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Suharso Monoarta (Menteri PPN/Bappenas), Tjahjo Kumolo (Menteri PAN RB), Syaiful Huda (Ketua Komisi X DPR-RI), Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dan Suprawoto (Bupati Magetan).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.