Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Overthinking? Simak Penjelasan Peneliti UGM

Kompas.com - 21/06/2021, 11:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswa seringkali berpikir terlalu keras. Bahkan mengalami overthinking atau berpikir secara berlebihan.

Ketika seseorang mengalami overthinking justru ia menghambat penyelesaian masalah dan bukan untuk mencari solusi jalan keluar.

Sering kali orang tidak menyadari sedang mengalami overthinking. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui apa itu overthinking supaya kita memiliki awareness terhadap diri kita sendiri.

Baca juga: Guru Besar Unnes: Ini Potensi Wedang Uwuh pada Keseimbangan Sistem Imun

Dalam Kuliah Online CPMH UGM, Jumat (18/6/2021), seorang psikolog Wirdatul Anisa menjelaskan apa itu overthinking.

"Overthinking adalah menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan serta overthinking dapat berupa ruminasi dan khawatir," ujarnya dikutip dari laman UGM.

Wirdatul juga menjelasakan ruminasi adalah kecenderungan untuk terus memikirkan hal yang telah berlalu.

Merasa hari ini akan lebih baik jika kemarin melakukan suatu hal juga merupakan salah satu bentuk masa lalu. Sedangkan khawatir adalah kecenderungan memikirkan prediksi yang negatif.

Sulit ubah kebiasaan overthinking

Sementara itu, Psikolog dan peneliti Central Public Mental Health UGM Nurul Kusuma Hidayati menjelaskan bahwa tidak mudah untuk mengubah kebiasaan overthinking.

Namun, untuk mengubah kebiasaan overthinking perlu kemauan dan tekad yang kuat. Bagaimana caranya?

Untuk mengurangi kebiasaan overthinking bisa dimulai dari menyadari apa yang sedang dipikirkan kemudian kita bisa mengarahkan pikiran ke arah yang lebih rasional.

"Kekhawatiran dimulai dari respons kita terhadap suatu hal yang berlebih," imbuh Nurul.

Menurutnya, khawatir dan ruminasi jika terus berlanjut dapat berubah menjadi catastrophizing yaitu salah satu bentuk distorsi kognitif.

Ketika seseorang mengalami catastrophizing ia akan melebih-lebihkan dan memiliki pikiran yang tidak rasional serta merasa tidak mendapatkan jalan keluar.

Dijelaskan, seseorang yang mengalami catastrophizing tidak menyadari dan percaya bahwa mereka tidak punya kuasa atas kecemasan ekstrem yang mereka rasakan dan cenderung merasa tidak berdaya.

Baca juga: Tips Tentukan Pilihan Jurusan Kuliah ala Akademisi Unpar

Padahal, sebenarnya pikiran negatif belum tentu salah. Namun yang terpenting bagi kita adalah menyadari bahwa kita memiliki kendali atas pikiran tersebut.

Pikiran, perasaan, dan perilaku merupakan hal yang berkaitan sehingga ketika kita mampu untuk berpikiran positif maka akan muncul perilaku yang positif.

Untuk dapat berpikiran positif kita harus menilai suatu kejadian atau hal itu dimulai dari respons yang positif dahulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau