Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permen Ini Bantu Turunkan Kecanduan Rokok, Inovasi Mahasiswa Unpad

Kompas.com - 28/07/2021, 19:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Guna menurunkan angka kematian akibat merokok di Indonesia, sejumlah mahasiswa Universitas Padjadjaran membuat inovasi permen atau lozenges yang mampu menurunkan kecanduan merokok bagi pemakannya.

Inovasi ini didasarkan atas hasil penelusuran tim mahasiswa yang menemukan bahwa angka prevalensi merokok Indonesia menempati peringkat ketujuh di dunia dengan persentase tingkat merokok sebesar 39,90 persen.

“Tentu prevalensi merokok yang tinggi menimbulkan efek negatif bagi Indonesia. Beberapa tahun terakhir, kasus kematian akibat rokok sangat tinggi di Indonesia,” kata Rifky Adhia Pratama, salah satu tim mahasiswa.

Baca juga: Cerita Siswa SMK Anak Tukang Las yang Dapat Beasiswa Penuh Kuliah S1

Rifki beserta rekan mahasiswa Tiara Zahra Shafira, Endang Juliansyah, Iis Kurniasih, dan Kevin Reza Reynantha serta dosen pembimbing Rani Maharani, berhasil membuat permen yang memiliki kandungan cytisine, atau senyawa bahan alam yang bisa menurunkan kecanduan nikotin pada perokok.

Produk lozenges tersebut diberi nama “Kokro” yang merupakan pembalikan suku kata dari morfem “rokok”.

Rifky menjelaskan, pengubahan suku kata pada rokok menjadi “Kokro” memiliki harapan bahwa produk ini mampu mengembalikan kesehatan manusia seperti sedia kala sebelum kecanduan merokok.

“Filosofinya dibalik dengan harapan bisa mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk yang sehat,” kata Rifky.

Kandungan dari tanaman alami

Tim pun berupaya menemukan solusi guna menurunkan angka kematian akibat merokok di Indonesia. Salah satunya dengan mencari senyawa alami yang mampu menurunkan kecanduan nikotin di otak.

Baca juga: Cerita Siswi SMK Ranking Ke-33 di Kelas yang Lolos Masuk UI

Dari hasil penelusuran, ditemukan senyawa alami cytisine yang memiliki kemampuan bioaktivitas untuk mencegah terikatnya nikotin ke reseptor yang ada di otak.

Berdasarkan hasil kajian yang sudah ada, cytisine memiliki kemampuan untuk mengikat ke reseptor di otak tujuh kali lebih kuat ketimbang nikotin.

Dengan demikian, semakin banyak cytisine diikat di otak dibandingkan nikotin, maka akan mampu menurunkan efek kecanduan rokok pada perokok.

Senyawa cytisine sendiri sudah populer di benua Eropa sebagai terapi untuk menurunkan kecanduan rokok.

Bahkan senyawa ini sudah dilakukan sintesis organiknya dan sudah banyak dijualbelikan dalam bentuk tablet. Sayangnya, hal ini masih belum populer di Indonesia.

Lebih lanjut Rifky menjelaskan, tim kemudian mencari kandungan alam yang mengandung senyawa cytisine. Dibantu dengan dosen pembimbing, tim menemukan hasil penelitian bahwa ekstrak cytisine dapat diperoleh dari genus tanaman Laburnum atau golden chain tree dalam jumlah yang cukup banyak.

“Kita kemudian telusuri di marketplace, ada gak yang jual bibit atau benih laburnum. Ternyata ada di daerah Basinglah, Bangka Belitung. Itulah yang melatarbelakangi kami untuk mengekstrak cytisine dari biji laburnum,” papar Rizky.

Baca juga: Beasiswa S2 di Kampus Terbaik Australia, Bebas Biaya Kuliah dan Hidup

Laburnum berjenis Laburnum anagyroides ini dijual para petani di Basinglah sebagai salah satu jenis tanaman hias.

Dari hasil penelitian, kandungan senyawan cytisine pada Laburnum anagyroides paling banyak ditemukan di bagian biji.

Diolah menjadi permen

Rifky menjelaskan, tim memilih jenis lozenges yang bertekstur kenyal (chiwi) dibandingkan bertekstur kristal padat. Agar tidak menimbulkan efek mual, tim juga mengombinasikan dengan rasa buah-buahan.

Pasalnya, hasil kajian menjelaskan efek samping dari tablet cytisine yang dijual di Eropa. Efek yang dirasakan konsumen saat meminum tablet tersebut adalah adanya mual dan rasa ingin muntah-muntah.

“Tujuannya selain menambah sensasi di mulut, mereka (perokok) bisa ada alternatif psikologis di mulut yang mampu mengalihkan aktivitas di mulut dari keinginan merokok,” ujarnya.

Kandungan citysine pada Kokro disesuaikan dengan kandungan pada tablet cytisine yang dijual di Eropa, yaitu 1,5 miligram. Karena itu, konsumsi “Kokro” memiliki dosis tersendiri.

Tidak hanya untuk perokok, “Kokro” juga bisa dikonsumsi oleh non-perokok atau perokok pasif, utamanya untuk menghindarkan nikotin pada tubuh.

Baca juga: Cara Alami Turunkan Kolesterol dari Ahli Gizi Unpad

Produk “Kokro” dikembangkan sebagai bentuk implementasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Produk ini berhasil didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) untuk kategori PKM-Kewirausahaan.

Rifky menargetkan, permen “Kokro” akan mulai meluncur ke pasaran awal Agustus mendatang.

Masyarakat bisa memesan produk tersebut melalui akun instagram @kokro.id. Harga yang dipasarkan pun relatif murah, yaitu Rp 25.000 per kemasan. Setiap kemasan berisi 8 butir lozenges.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com