KOMPAS.com - Dua belas universitas bergotongroyong menguatkan "Merdeka Belajar untuk Semua" melalui konsorsium lokapasar Indonesia Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute) yang diresmikan Kemendikbud Ristek pada 28 Juli 2021.
Kedua belas universitas yang tergabung dalam ICE Institute terdiri atas: UI, UGM, ITS, IPB, Pradita University, Binus University, UPH, UNJ, Unika Atma Jaya, UNS, Undip, Telkom University, dan UT (Universitas Terbuka) selaku ketua konsorsium.
ICE Institute menjadi market place pembelajaran daring bersertifikat teregistrasi pertama dari perguruan tinggi dalam negeri sehingga mahasiswa yang mengambil mata kuliah di ICE Institute berhak mengonversikan nilai tersebut dalam SKS (satuan kredit semester) mereka.
Seremoni peresmian lokapasar (market place) ICE Institute secara simbolis dilakukan oleh Dirjen Dikti, Prof. Nizam. Ia mengungkapkan kehadiran ICE Institute hadir di saat tepat.
"Menghadapi pandemi yang sangat luar biasa ini, mendadak seluruh perguruan tinggi kita beralih ke pembelajaran daring. Transformasi teknologi yang sangat pesat terjadi dalam waktu yang sangat pendek," ujar Prof. Nizam.
Teknologi, tambah Prof. Nizam, membantu kita mengatasi berbagai kendala dan menghadirkan habitus learning, pembelajaran kapanpun, oleh siapapun dan dari manapun.
"ICE Institute menjadi platform untuk berbagi. Sharing economy, sharing society inilah yang harus kita bangun bersama-sama. Saling peduli, saling asah, saling asih, saling asuh antarkampus,perguruan tinggi," kata Prof. Nizam.
Ia juga berharap kehadiran ICE Institute dapat menjadi daya ungkit pada akses pembelajaran berkualitas bagi seluruh mahasiswa dan perguruan tinggi tanah air melalui semangat gotong royong.
Baca juga: Mau Kuliah di Jepang? Ikuti Beasiswa GSEP 2022, Simak Syaratnya
Rektor UT, Prof. Ojat Darojat, selaku ketua konsorsium ICE Institute menyampaikan ke depan akan makin banyak perguruan tinggi dan lembaga terlibat dalam konsorsium ini baik sebagai pengguna maupun sumber materi.
"Kami berharap mata kuliah yang ditawarkan di ICE Institute dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh pengguna di tanah air sebagai dukungan kepada kebijakan dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka," tambah Prof. Ojat.
Dalam kesempatan sama, Kepala ICE Institute Prof. Paulina Panne menjelaskan selain kedua belas universitas, ICE Institute juga didukung Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia dan juga lokapasar EdX yang dimotori Universitas Harvard dan MIT Amerika Serikat.
Selain itu, tambah Prof. Paulina, ICE Institute juga menggandeng MIT OCW, Kalibrr, SPADA Indonesia, RELO US Embassy Jakarta dengan dukungan dana operasional dari ADB, Microsoft, PCMAN, dan Cloudswyft.
Ia juga menjelaskan, ICE Institute juga telah dilengkapi dengan teknologi blockchain yang mencatat semua penempuhan dan perolehan mata kuliah oleh peserta pembelajaran secara daring yang dapat dihubungkan dengan job market.
Selain itu, ICE Institute juga menyediakan beasiswa Mendikbudristek Merdeka Belajar untuk Semua dengan slot 14.550 beasiswa per semester untuk mengambil berbagai mata kuliah melalui ICE Institute.
ICE Institute sendiri saat ini memiliki 165 mata kuliah dari universitas nasional dan 2.500 slot peserta untuk mengambil 1.420 matakuliah edX dari 55 universitas internasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.