Dalam kondisi ini, terkadang pelaku tidak peduli kalau hal serupa bisa menimpa dirinya.
Kondisi ini membawa dampak baik bagi canceled atau korban dan canceler atau pelakunya.
Bagi korban, kondisi ini membuat dia merasa terisolasi secara sosial, kesepian hingga depresi.
Bagi pelaku, tindakan canceling belum tentu mengubah seseorang menjadi lebih baik. Bagi by stander (pengamat), menimbulkan kecemasan karena bisa saja peristiwa yang sama akan menimpa dirinya.
Baca juga: Maba FT Unnes Pecahkan Rekor MURI Ilusi Optik Pertama di Indonesia
Kondisi cancel culture ini bisa membuat seseorang yang dikenal baik berubah menjadi sosok yang jahat karena beberapa faktor, seperti:
Jika kamu berada di situasi ini ada beberapa cara untuk menghindarinya, antara lain:
Baca juga: Mahasiswa UNS Olah Sekam Padi dan Cangkang Telur Jadi Bahan Pengganti Semen
Demikian informasi mengenai kondisi cancel culture yang dijelaskan oleh dosen UII Yogyakarta. Perlu diingat bahwa cancel culture ini bisa saja terjadi di lingkungan pertemanan. Kamu bisa lebih berhati-hati dalam berpikir dan bersikap agar kamu tidak menjadi pelaku maupun korban cancel culture ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.