KOMPAS.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menargetkan sekitar 10.000 Sekolah Penggerak (SP) sudah berjalan pada tahun ajaran 2022/2023.
Hal tersebut dinyatakan Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD dan Dikdasmen) Kemendikbud Ristek Sutanto.
Menurutnya target tersebut berdasarkan pada hasil Program Sekolah Penggerak (PSP) angkatan pertama tahun ajaran 2021/2022 yang sudah mulai berjalan. Terdapat 2.500 sekolah terpilih dari 111 kabupaten dan kota yang menjalankan program ini.
“Sementara itu, hasil PSP angkatan kedua terdapat 7.500 sekolah dari 139 kabupaten dan kota di 34 provinsi di Indonesia,” kata dia saat menggelar seri webinar "Sosialisasi Program Sekolah Penggerak Angkatan ke-2 tahun 2021" secara daring di kanal YouTube Ditjen PAUD dan Dikdasmen, Kamis (26/8/2021).
Baca juga: Kemendikbud Ristek: Sekolah Penggerak Ciptakan Pembelajaran Mengasyikkan
Ia berharap, kepala sekolah dan guru PSP angkatan pertama dapat melakukan transformasi diri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat satuan pendidikan masing-masing.
"Kemudian pada waktunya melakukan pengimbasan (memeriksa) di satuan pendidikan di sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang serupa," imbuh Sutanto.
Sutanto menjelaskan, PSP bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran para siswa. Untuk itu, Sekolah Penggerak harus memiliki kepala sekolah (kepsek) dan guru sebagai satuan pendidikan.
“Oleh karena itu, hari ini pada Kamis (25/8/2021), kami mengundang kepala dinas (kadin) provinsi dari 250 kabupaten dan kota dalam rangka menyiapkan Sekolah Penggerak di 2022,” ujarnya.
Baca juga: Masih Dibuka Pendaftaran Pelatih Ahli Sekolah Penggerak, Ini Syaratnya
Pada kesempatan yang sama, Direktur Sekolah Menengah Pertama (SMP) Mulyatsyah mengatakan, Program Sekolah Penggerak (PSP) merupakan katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia.
Visi pendidikan yang dimaksud adalah mewujudkan Indonesia maju, berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya “Pelajar Pancasila”.
“Melalui PSP, maka sekolah dapat berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik. Hal ini bisa dicapai dengan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, mulai dari kepala sekolah dan guru,” imbuh Mulyatsyah.
Lewat SDM unggul, ia yakin empat hal dalam PSP akan segera terwujud.
Pertama, dapat mewujudkan hasil belajar di atas level yang diharapkan. Kedua, lingkungan belajar juga menjadi aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan.
Baca juga: Kemendikbud Ristek: Baru 111 Daerah Ikut Program Sekolah Penggerak
Ketiga, pembelajaran akan berpusat pada murid. Sementara itu, keempat dapat merefleksi diri dan pengimbasan.
“Misalnya, pada perencanaan program dan anggaran berbasis refleksi diri. Terjadinya refleksi guru dan perbaikan pembelajaran serta sekolah dapat melakukan pengimbasan,” sebut Mulyatsyah.