KOMPAS.com - Selama ini biji kapuk jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebab biasanya oleh warga sebagian besar dijual langsung kepada para pengepul dengan harga yang sangat murah.
Padahal, biji kapuk masih terdapat kandungan minyak yang cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Salah satunya adalah biodiesel.
Terkait hal itu, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang (Polinema) melakukan pelatihan terhadap warga Desa Suwayuwo Kabupaten Pasuruan yang berupa pengolahan limbah biji kapuk randu menjadi biodiesel yang ramah lingkungan.
Baca juga: Mahasiswa ITK Inovasi Limbah Ban Jadi Material Anoda Baterai
Adapun tim itu beranggotakan Dr. Sandra Santosa, B.Tech., M.Pd., Arief Rahmatulloh, S.Si., M.Si., Mutia Devi Hidayati, S.Si., M.Si., dan Pritantina Yuni Lestari, S.Pd., M.Pd.
Tim tersebut dibantu oleh empat mahasiswa Nadya Dwita Al’adawia, Taghsya Antibatul Rochman, Prasasti Valentina Gustama, dan Rizki Bagus Maulana.
Menurut Sandra Santosa, masyarakat Desa Suwayuwo sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan industri pengolahan kapuk randu.
Namun warga biasanya langsung menjual kepada pengepul dengan harga yang sangat murah, yaitu sebesar Rp 3.000 per kilogramnya.
"Kami melihat potensi biji kapuk randu di Desa Suwayuwo ini cukup besar, namun selama ini pemanfaatannya dirasa kurang maksimal," ujarnya seperti dikutip dari laman Polinema.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak masyarakat Desa Suwayuwo untuk mengolah biji kapuk randu menjadi biodiesel. Yang mana, hal ini sekaligus menjawab tantangan pemerintah untuk mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan, salah satunya adalah biodiesel.
Baca juga: Mahasiswa UNY Inovasi Yogurt untuk Kaum Milenial
Dijelaskan, dalam pengolahan satu kilo gram biji kapuk ini, mampu menghasilkan minyak sebanyak kurang lebih 300 ml.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.