Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Webinar ITS Ungkap Upaya Preventif Cegah Pelecehan Seksual di Kampus

Kompas.com - 07/11/2021, 17:07 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPA), hingga 3 Juni 2021 dari 3.000 lebih kasus kekerasan seksual hanya 2.000 kasus yang dilaporkan.

Hal ini menjadi keprihatinan banyak pihak karena faktanya masih banyak korban kekerasan seksual memilih tidak melaporkan kejadian yang menimpanya.

Kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja. Termasuk di lingkungan kampus. Mewaspadai peristiwa ini, Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Girl Up ITS menyelenggarakan Webinar Sexual Harasment 101.

Kegiatan ini bertujuan membekali mahasiswa mengenai cara menghadapi pelecehan seksual. Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Ike Herdiana hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut.

Baca juga: Orangtua, Perhatikan 5 Hal Ini Saat Membaca Buku Bersama Anak

Mahasiswa harus tingkatkan kewaspadaan

Ike mengatakan, sejauh ini banyak orang yang belum peduli tentang adanya tindak kekerasan seksual di sekitar mereka. Menurutnya, secara umum kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus tidak dianggap sebagai tindakan kejahatan yang melanggar hak dan kemanusiaan korban. Melainkan masih dianggap sebatas tindakan asusila.

"Tak cukup sampai di situ, bahkan beberapa orang menganggap tindakan kekerasan tersebut adalah suatu hal yang wajar dan kadang diri sendiri tidak sadar apabila telah menjadi korban atau pelaku," kata Ike seperti dikutip dari laman ITS, Minggu (7/11/2021).

Hal tersebut mengancam keamanan dan kenyamanan masyarakat. Dengan adanya anggapan pembiasaan terkait kekerasan seksual tersebut, secara sosial korban kekerasan seksual juga mendapatkan stigma negatif dan victim blaming dari masyarakat.

Baca juga: UM Surabaya Masuk Top 10 Universitas Terbaik Se-Surabaya Versi UniRank

Di samping itu, korban juga harus merasakan dampak traumatis pada diri penyitas dapat timbul dari adanya bentuk kekerasan seksual.

"Ini tentunya menjadi perhatian khusus, mahasiswa harus benar-benar paham untuk meningkatkan kewaspadaan," jelas Ike.

Ike mengungkapkan, sebagai seorang mahasiswa hendaknya perlu memahami sedini mungkin bahwa pelecehan seksual merupakan kekerasan seksual yang dilakukan baik dalam bentuk tindakan fisik maupun non-fisik kepada orang lain.

Pelecehan seksual berhubungan erat dengan bagian tubuh seseorang dan terkait hasrat seksual. Sehingga mengakibatkan orang lain terintimidasi, terhina, direndahkan, atau dipermalukan.

Upaya preventif pelecehan seksual

Untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual, Ike menyampaikan ada beberapa upaya preventif yang dapat dilakukan.

1. Perlu tersedianya peraturan, pedoman, standar operasional prosedur (SOP) yang mengatur bagaimana relasi antar-sivitas akademika dengan mengindahkan etik dari relasi yang tidak sehat.

2. Mendesain ruang-ruang yang lebih terbuka dan mengurangi ruang tertutup juga perlu dilakukan pihak kampus.

"Ini bisa sangat membantu untuk mengetahui segala perilaku yang ada di kampus memang berbasis etik. Supaya aman dan bisa menciptakan lingkungan kampus yang sehat," paparnya.

Baca juga: PT Riung Mitra Lestari Buka Lowongan Kerja Lulusan S1/D4, Ayo Daftar

3. Concern pada upaya preventif melalui program sosialisasi, promosi kesehatan mental, dan awarness melalui media sosial tentang pelecehan seksual di kampus. Cara ini juga menjadi bentuk aktualisasi kebebasan hak mahasiswa untuk menyuarakan isu terkait pelecehan seksual tanpa adanya rasa ketakutan untuk bersuara.

4. Menyediakan layanan pelaporan dan pendampingan korban pelecehan seksual, mengatur permalihan korban dan menyediakan sanksi bagi pelaku.

"Bisa berupa help center, counselling conter, hotine servic ice, portal web untuk korban. Bisa dilakukan dengan melakukan kejasama dengan pihak terkait untuk membuat sanksi khusus," tegas Ike.

5. Untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual dapat dilakukan dengan membangun perspektif korban. Sehingga masyarakat kampus dapat dukungan sosial bagi korban dengan membentuk student support group.

Cari circle pertemanan yang positif

Selain itu juga dapat mengaktifkan peran lain dari dosen, karena dosen tidak hanya fokus pada akademik. Namun seharusnya juga perhatian pada masalah-masalah pribadi dari mahasiswa.

Baca juga: Pakar UGM: Virus Flu Burung Kecil Kemungkinan Jadi Wabah Baru

Ike berpesan bahwa sebagai personal, mahasiswa juga perlu belajar membangun pribadi yang tangguh, membina pertemanan sehat, aktif berorganisasi dan tetap waspada di manapun berada.

"Mulai bentengi diri, cari circle yang positif, intinya jangan takut, berani bersuara, kumpulkan bukti lalu hubungi profesional jika mengetahui atau mengalami kasus pelecehan seksual," tutup Ike.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com