Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliah S3 di Inggris, Dosen UB Cerita Cepatnya Penularan Omicron

Kompas.com - 20/12/2021, 19:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Varian baru Omicron kini menjadi varian yang penyebarannya paling cepat, salah satunya di Inggris. Bahkan, di Inggris sudah ada kasus kematian akibat terpapar Omicron.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya (UB), Henny Rosalinda bercerita mengenai cepatnya penyebaran Omicron di Inggris.

Saat ini, Henny menjalani studi S3 di University of Portsmouth ini mengungkapkan penyebaran varian baru ini lebih cepat daripada varian delta.

Baca juga: 5 Beasiswa S1 yang Buka Januari 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan

Henny menyebut pemerintah Inggris memprediksi penyebaran varian baru sangat cepat dan bisa mencapai 1 juta kasus pada bulan Desember ini. Namun, dia menyebut tingkat kebahayaan varian Omicron ini tidak separah varian varian sebelumnya.

“Dibandingkan dua minggu lalu Ketika Omicron masuk ke Inggris, 2-3 hari penularannya bisa dua kali lipat. Kondisinya memang harus waspada dengan virus ini,” ucapnya seperti dirangkum dari laman UB, Sabtu (18/12/2021).

Desak warga untuk segera vaksin booster

Salah satu yang membuat kasus Covid-19 di Inggris meningkat termasuk varian Omicron menurut Henny karena pemerintah Inggris memberikan akses yang mudah untuk bisa meminta alat tes lateral.

“Lateral ini kita bisa dapat dengan mudah di sini. Gratis juga. Bisa ke apotek minta dan akan dikasih satu paket ada 7 biji alat tes lateral. Cari di kampus juga mudah,” ungkapnya.

Bahkan, jika dinyatakan positif Covid-19, warga bisa minta tes PCR gratis ke pemerintah setempat. Dari tes PCR yang dilakukan inilah kata Henny diketahui mana yang termasuk varian Omicron mana yang tidak.

Baca juga: 5 Beasiswa S2 Luar Negeri yang Terima IPK di Bawah 3

“Di inggris kalau PCR bisa melihat dalam virus terindikasi Omicron atau tidak dari adanya Gen S. Kalau varian biasa ada gen S, kalau tidak ada sudah dipastikan mengidap omicron,” sambungnya.

Alumni Magister di Universitas Nagoya ini menyebut sekarang kasus di Inggris dengan adanya varian baru ini termasuk besar. Sekitar 3.000 kasus per 14 Desember 2021.

“Padahal awalnya hanya 2 kasus sejak varian ini masuk 2 minggu lalu,” tutur Henny.

Henny menceritakan cepatnya penyebaran varian Omicron ini membuat Pemerintah Inggris mendesak warganya untuk segera mendapatkan vaksin booster atau vaksin ketiga.

Dengan melakukan vaksin booster dipercaya akan memberi proteksi 70-75 persen.

“Saya awalnya nyantai tapi kemudian juga didesak untuk ikut. Sekarang kondisinya banyak yang antre untuk vaksin. Tapi di sini aksesnya mudah dapat vaksin,” imbuhnya.

Bahkan kata Henny untuk mempercepat vaksinasi ketiga ini, pemerintah Inggris sudah menambah tenaga vaksinator hingga melibatkan militer untuk mendirikan tempat tempat vaksinasi.

Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi

“Sekarang yang di bawah 18 tahun diutamakan karena mereka rata rata masih sekali, anak saya masih 16 tahun juga diminta untuk booster dan baru dapat tanggal 24 Desember nanti. Saya awalnya dapat 3 Januari tapi kemudian dokter minta untuk dipercepat dan 11 Desember kemarin selesai,” ceritanya.

Jika laju varian Omicron terlalu cepat, Henny mengungkapkan Pemerintah Inggris akan Kembali melakukan pengetatan agar varian baru melambat penyebarannya.

“Di Inggris memang tidak wajib pakai masker kalau di outdoor. Kalau di Indoor wajib tapi kadang juga ada beberapa yang masih tidak pakai. Nah, ini dipaksa lagi untuk pakai masker,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com