Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RSND Undip: Jangan Takut, Penyakit Kusta Bisa Disembuhkan

Kompas.com - 07/02/2022, 07:00 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu penyakit yang ditakuti pada zaman kuno adalah kusta atau lepra. Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan karena putusnya salah satu anggota gerak seperti jari, luka dengan bercak-bercak merah dipermukaan kulit, dan kerusakan lainnya.

Saat ini, masyarakat beranggapan penyakit kusta adalah penyakit menular berbahaya dan penyandangnya perlu diisolasi.

Padahal penderita kusta bisa sembuh jika penderitanya mendapat pengobatan yang tepat. Pasien juga bisa menjalankan kembali kehidupan normalnya. Seperti bekerja, bersekolah, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya.

Baca juga: KPP Mining Buka Lowongan Kerja bagi Lulusan D3-S1, Buruan Daftar

Kusta disebabkan bakteri Mycobacterium leprae

Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip) Renni Yuniati mengatakan, kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini termasuk penyakit yang sudah lama.

Menurut dia, kusta bisa diobati, yang terpenting bagaimana menemukan gejalanya sedini mungkin. Pasalnya, jika terlambat akan terjadi kecacatan dan infeksi yang meluas. Indonesia sendiri menempati urutan ketiga terbanyak penderita kusta di dunia, India di urutan pertama dan Brazil menempati urutan kedua.

"Tentunya ini menjadi perhatian bagi kita semua untuk menekan angka penderita kusta di Indonesia," kata Renni Yuniati seperti dikutip dari laman Undip, Senin (7/2/2022).

Ciri-ciri penyakit kusta

Renny mengatakan, ciri-ciri kusta diantaranya terdapat bercak putih dan merah di kulit. Jika sudah mengalami perluasan atau perbanyakan dari bakteri maka mengakibatkan kerontokan, misalnya di alis dan rambut.

Baca juga: 6 Jurusan Kuliah ini Miliki Peluang Kerja Luas bagi Kalangan Perempuan

Selain itu penderita kusta juga merasakan nyeri di tangan dan kaki. Mengalami kelainan bentuk hidung akibat kerusakan pada tulang rawan hidung atau tangannya bisa berbentuk cakar.

Menurut Renni, bakteri kusta menyerang seraput saraf di tepi. Bila daya tahan tubuhnya rendah bakteri akan infiltrasi ke seluruh bagian tubuh kecuali di bagian otak. Jadi bisa di wajah, tangan, kaki, berbentuk merah-merah, benjol-benjol dan menyebabkan kulit kering.

"Penanganan awal bagi penderita kusta adalah harus ada inisiasi dari keluarga untuk memeriksakan diri. Apabila ada bercak putih atau merah segera di bawa ke Puskemas untuk diperiksakan," ungkap dia.

Obat kusta diberikan gratis

Apabila hasil dari laboratorium maupun secara klinis masuk dalam diagnosis bakteri kusta maka harus segera diobati. Renni mengungkapkan, obat kusta bernama Multi Drug Treatment dari WHO dan gratis. Renni menekankan, pengobatan penyakit kusta ini jangka panjang.

Baca juga: Referensi SNMPTN 2022, Cek Jurusan Sepi Peminat di 8 Universitas Top

Sebagian besar yang terkena kusta disebabkan masalah di nutrisi dan hygiene sanitasi atau bisa dikatakan berkaitan erat dengan faktor ekonomi.

"Kita harus bekerja sama dengan pemberdayaan masyarakat terkait dengan ekonomi ini. Jangan sampai karena masalah ekonomi mereka yang sudah rajin minum obat dan konsisten, namun karena daya tahan tubuh tidak cukup akibat nutrisi dan hygiene sanitasi buruk menjadi penyebab gagalnya pengobatan," urainya.

Penularan hanya karena kontak lama dan erat

Dia menambahkan, kusta dapat disembuhkan. Sehingga masyarakat jangan takut. Penderita kusta butuh didampingi dan menyelesaikan pengobatan pasien.

"Masyarakat tidak perlu khawatir tertular karena yang tertular itu hanya yang kontak lama dan erat," tandasnya.

Baca juga: Keren, UMM Satu-satunya Kampus yang Punya UKM Dirgantara

Dia meminta, masyarakat bisa membantu pasien kusta yang sedang menderita dengan pengobatan. Baik dengan bantuan nutrisi, sekaligus memberikan kebahagiaan agar lebih cepat membaik dan jangan disingkirkan.

"Jangan sampai ini menjadi beban bagi pasien dan keluarganya sendiri karena ini juga menjadi perhatian kita bersama," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau