Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UI Jadi Satu-satunya Peneliti Indonesia yang Raih Penghargaan EYRA

Kompas.com - 07/02/2022, 09:46 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Desi Adhariani, dosen Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) berhasil meraih Emerald Young Researcher Award (EYRA) 2021 dan menjadi satu-satunya peneliti asal Indonesia yang memenangkan penghargaan ini.

EYRA merupakan penghargaan regional terbatas pada peneliti di wilayah Singapura, Malaysia, Brunei, Indonesia, Filipina, Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong, Macau, Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos.

Ia bersaing dengan lima peneliti lainnya dari berbagai negara di Asia, pada Januari 2022.

“Saya mengapresiasi Emerald yang menghargai kerja keras para peneliti muda. Jadi, tidak hanya memberikan penghargaan kepada well established researchers, tetapi mereka turut memberikan kesempatan dan menghargai early career researchers,” ujar Desi dalam keterangan tertulis UI beberapa waktu lalu.

Baca juga: 5 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia, Kuliah Gratis dan Biaya Hidup

Kompetisi yang diselenggarakan oleh Emerald Publishing pada kategori EYRA mengharuskan para peneliti mengajukan esai ringkas sebanyak 2.000 kata, tentang penelitian yang telah terbit dalam dua tahun terakhir.

Esai tersebut harus menjelaskan berbagai hal penting dan peran dari penelitian yang telah terbit bagi lingkungan dan masyarakat.

Dalam dua tahun terakhir, Desi telah memiliki beberapa publikasi yang diunggah pada jurnal milik Emerald terkait dengan topik lingkungan dan masyarakat, karena berada pada area “Sustainability Accounting” dan “Peran Akuntan Manajemen di Masyarakat” hal ini sesuai dengan kriteria yang disyaratkan oleh Emerald.

“Saya harus membuat tulisan yang mengemukakan pentingnya kegiatan penelitian. Lebih luas lagi, mereka ingin mengetahui keterkaitan penelitian terhadap masyarakat (community engagement) dan lingkungan (termasuk dalam komponen Sustainable Development Goals),” kata Desi.

Menurutnya, ada banyak jalur untuk menerapkan berbagai hasil penelitian.

Baca juga: 10 Negara dengan Penduduk Paling Pintar di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Di Akuntansi, misalnya, Desi dapat menerapkan ilmu pengetahuan akuntansi sebagai konsultan untuk kepentingan perusahaan. Namun, ada hal yang sering terlupakan, yakni melakukan pengabdian masyarakat.

Untuk itu, ia berharap penelitiannya mampu memberikan kontribusi nyata dalam hal pengabdian masyarakat dan penerapan kebijakan.

“Saya tertarik pada bidang pengabdian masyarakat untuk melayani masyarakat marginal yang mungkin masih kurang tersentuh oleh akademisi akuntansi. Saat ini misalnya, saya berusaha untuk membangun kepedulian melalui penelitian tentang krisis air di Bali,” ujar Desi.

Selain merambah dunia jurnal, kini ia mulai lebih banyak membagikan hasil penelitiannya secara popular di media sosial.

Kelak, Desi ingin menjangkau lebih jauh ke media massa. Dengan jalur pendistribusian ide yang lebih beragam, ia berharap dapat terlibat secara tak langsung dalam memberikan awareness hingga memengaruhi penetapan dan penerapan kebijakan.

“Penelitian untuk publikasi memang, baik bagi pribadi peneliti maupun lembaga seperti akreditasi, ranking universitas, dan sebagainya, tetapi akan lebih baik lagi apabila ada manfaatnya untuk policy, practice, lingkungan, dan masyarakat,” ujarnya.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau