KOMPAS.com - Era disrupsi akibat pandemi membuat kebutuhan sumber daya manusia yang kompetitif dan kreatif serta mampu beradaptasi menjadi semakin tinggi.
Pendidikan sendiri merupakan elemen penting untuk meningkatkan kompetensi diri dan peluang kerja. Menempuh pendidikan hingga ke luar negeri pun semakin menjadi pilihan masyarakat guna meningkatkan daya saing.
Oleh karena itu, rencana melanjutkan pendidikan ke luar negeri perlu dipersiapkan secara matang dengan menerapkan strategi yang tepat.
Radyum Ikono, CEO Schoters yakni platform edutech akses pendidikan luar negeri mengatakan, melanjutkan pendidikan ke luar negeri harusnya menjadi kesempatan inklusif bagi semua lapisan pelajar Indonesia dalam membangun masa depan.
Baca juga: Beasiswa Kursus Bahasa Mandarin 2022, Tunjangan Rp 12,8 Juta Per Bulan
“Selama kurang lebih 4 tahun menghadirkan layanan beasiswa melalui berbagai fitur dan inovasi, kami melihat minat pelajar dan mahasiswa Indonesia masih sangat tinggi, termasuk di masa pandemi. Pasalnya, belajar dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai dunia akan memperkaya sudut pandang kita baik dari sisi budaya, pengalaman, hingga inovasi kreatif yang bisa menjawab tantangan di masa mendatang,” ungkap pria yang menjadi lulusan University of Tokyo jalur beasiswa ini dalam keterangan tertulis.
Radyum menambahkan, lewat persiapan dan strategi yang matang, siapapun bisa mewujudkan mimpi untuk kuliah ke luar negeri. Berikut ini adalah beberapa tipsnya:
Melanjutkan pendidikan jalur beasiswa luar negeri bukanlah sesuatu yang "taken for granted", melainkan perlu usaha dan persiapan yang matang.
Satu tahun adalah rentang waktu ideal untuk memulai persiapan, termasuk mempertajam minat hingga membuat short list untuk negara, beasiswa universitas dan jurusan yang akan dituju, dengan berdiskusi dan menggali berbagai sumber terpercaya.
Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini
Setelah mantap dengan beasiswa yang bisa mendukung impian, gali informasi mengenai beasiswa tersebut sebanyak-banyaknya. Mulai dari yang sifatnya non-formal seperti pengalaman dan tips alumni di berbagai forum digital, hingga informasi formal seperti berkas yang dibutuhkan hingga skedul penerimaan beasiswa.
Kunjungi beberapa situs resmi yang menyediakan skedul secara lengkap, seperti Kalender Beasiswa Schoters yang berisi skedul penerimaan beasiswa yang telah dirangkum selama satu tahun, berikut dengan jurusan yang tersedia, manfaat yang didapat, hingga syarat yang dibutuhkan.
Salah satu tahapan penting dalam seleksi penerimaan beasiswa adalah dokumen pendukung yang akan menjadi lembar promosi diri. Beberapa di antaranya adalah esai, CV, dan surat rekomendasi untuk menggambarkan kepribadian, minat, dan rencana pendidikan.
Oleh karena itu, dedikasikan waktu yang cukup untuk membuat tulisan yang dapat mewakili versi terbaik kamu untuk meyakinkan penyeleksi.
Kamu bisa memanfaatkan layanan bimbingan pembuatan dokumen yang menyeluruh, seperti Schoters yang melengkapi layanan pembuatan dokumennya dengan fasilitas penerjemah tersumpah.
Baca juga: 5 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia, Kuliah Gratis dan Biaya Hidup
Hampir semua beasiswa menerapkan tahapan wawancara sebagai syarat yang wajib dilalui pelamar.
Untuk itu, lakukan persiapan interview sebaik mungkin, baik persiapan materi seperti potential Question and Answer hingga persiapan mental dengan berlatih sesering mungkin.
Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu penilaian penting dalam seleksi penerimaan beasiswa luar negeri. Biasanya, universitas maupun jurusan tertentu, memanfaatkan tes ini untuk mengukur kecakapan bahasa asing calon pelamar.
Misalnya, TOEFL atau IELTS untuk universitas yang mensyaratkan kemampuan bahasa Inggris, GMAT untuk sekolah bisnis atau manajemen, dan GRE serta SAT untuk universitas di beberapa negara termasuk Amerika Serikat.
Sebagai strategi, lebih sering latihan dan capai skor aman yang melampaui standar.
Baca juga: Beasiswa S1-S2 Brunei 2022: Kuliah Gratis, Tunjangan Rp 6,7 Juta Per Bulan