KOMPAS.com - Tak hanya fisik, tetapi pikiran dan jiwa bisa terganggu saat pandemi Covid-19 berlangsung.
Salah satu masalah kesehatan jiwa yang umum terjadi di masyarakat adalah depresi. Bahkan depresi menjadi penyebab kematian kedua setelah kardiovaskuler.
Depresi atau gangguan kesehatan mental bisa dialami oleh siapa saja. Bahkan anak-anak, remaja pun bisa mengalami depresi.
Baca juga: Tips Olahraga yang Tepat Saat Pandemi dari Stikes Panti Kosala
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan.
Ada data yang menyebutkan, untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang.
Dosen Psikologi Universitas Muhammadyah Surabaya (UM Surabaya), Fety Khosianah menjelaskan depresi merupakan gangguan kesehatan mental.
Tanda-tandanya, dengan suasana hati yang terus-menerus merasa sedih dan tertekan serta kehilangan minat dalam beraktivitas, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup sehari-hari.
"Seseorang yang mengalami gangguan depresi mayor, kelainan ini dapat memengaruhi perasaan, pemikiran, hingga perilaku sehingga menimbulkan masalah emosional dan fisik," ungkap Fety dilansir dari laman UM Surabaya.
Baca juga: Ini Tiga Ciri Kamu Mengalami Fase Quarter Life Crisis
Fety juga menjelaskan seseorang yang mengalami depresi akan mengganggu saat istirahat dan nafsu makan.
Sehingga kerap merasa lelah dan sulit berkonsentrasi. Efek depresi dapat berlangsung lama atau bahkan berulang dan mampu mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi dan menjalani aktivitas harian.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.