Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Hadapi Bonus Demografi agar Tak Menjadi Bencana Menurut Dosen UNS

Kompas.com - 05/03/2022, 20:25 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia diprediksi akan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030 mendatang.

Menyikapi bonus demografi ini, pemerintah Indonesia juga telah melakukan berbagai program menyambut Indonesia Emas 2045. Salah satunya pencegahan stunting pada anak agar tercipta sumber daya manusia (SDM) berkualitas di Indonesia pada masa yang akan datang.

Dosen Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Lintang Ronggowulan mengatakan, kondisi bonus demografi ditujukan ketika jumlah masyarakat usia produktif yakni usia 15-64 tahun lebih mendominasi dibandingkan masyarakat berusia non-produktif.

Baca juga: Tim Vaksin Merah Putih Unair Butuh 405 Relawan pada Uji Klinis Tahap 2

Bonus demografi bisa jadi bencana 

Menurut perkiraan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappenas), pada tahun 2030 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif mencapai 64 persen dari total penduduk Indonesia.

"Bonus demografi ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Tergantung bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat dalam menyambut kehadiran puncak bonus demografi di tahun 2030 mendatang," terang Lintang seperti dikutip dari laman UNS, Sabtu (5/3/2022).

Dia menerangkan, bonus demografi adalah tantangan yang harus bisa dijawab. Karena bonus demografi dapat menjadi sebuah bencana demografi apabila tidak dipersiapkan dengan baik dan matang.

Baca juga: Ini Daftar 74 Lokasi Pusat UTBK SBMPTN 2022

Usia produktif harus berbanding lurus dengan lapangan kerja

Bonus demografi, lanjut Lintang, juga berarti tantangan akan persaingan kerja semakin terbuka dan keras.

"Usia produktif yang mendominasi. Sehingga perlu berbanding lurus dengan terbuka lebarnya lapangan pekerjaan," imbuh Lintang.

Apabila ketersediaan lapangan pekerjaan minim, maka dapat diprediksi mengakibatkan tingginya angka pengangguran.

"Inilah akar dari kemunculan bencana demografi," imbuh Lintang.

Menurut dia, tingginya angka pengangguran yang tidak teratasi ini diperkirakan akan bendampak secara berkelanjutan.

Dampak tersebut dapat mengakibatkan aging population yang berakibat pula pada tingginya angka harapan hidup di usia lansia.

Baca juga: Anak Usaha BUMN Kimia Farma Buka Lowongan bagi Lulusan S1 Apoteker

Hal ini juga berpotensi meningkatkan angka kemiskinan dan dapat menimbulkan motivasi untuk melakukan tindak kejahatan.

Persiapan menyambut bonus demografi dimulai sekarang

Lintang menekankan, persiapan menyambut puncak bonus demografi perlu dimulai dari sekarang. Dalam hal ini, peran sebagai mahasiswa tentu harus senantiasa meningkatkan kualitas diri.

Menjadi mahasiswa yang berkualitas akan membawa posisi mahasiswa menjadi masyarakat yang kreatif dan mampu memanajemen serta memecahkan permasalahan baik lingkup permasalahan individu maupun sosial.

"Selanjutnya membekali diri dengan ilmu kewirausahawan agar siap menghadapi puncak bonus demografi di tahun 2030," tandas Lintang.

Baca juga: Penyakit yang Diwaspadai Saat Musim Hujan, Ini Kata Dosen UM Surabaya

Ketika bisa menjawab tantangan dari bonus demografi. Secara tidak langsung mampu meningkatkan produktivitas yang menjadi peluang menaikkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

"Pemerintah dan masyarakat perlu bergandengan tangan serta berupaya keras demi menyongsong puncak bonus demografi di tahun 2030 mendatang," pungkas Lintang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau