Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Serangga Menurun, Entomologis IPB: Ini Dampaknya bagi Manusia

Kompas.com - 08/03/2022, 17:47 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Seiring dengan berjalannya waktu, populasi serangga semakin terancam dan berdampak pada kehidupan manusia apabila tidak dilakukan upaya pencegahan. Pasalnya, serangga merupakan salah satu penyusun ekosistem yang memiliki manfaat besar bagi kehidupan.

Entomologis dari Departemen Proteksi Tanaman IPB University, Prof Damayanti Buchori menjelaskan bahwa secara keseluruhan, penurunan populasi serangga tidak terjadi pada semua spesies. Namun, jumlah serangga yang memberi manfaat pada manusia, seperti lebah, mengalami penurunan.

“Berdasarkan data yang ada, populasi serangga yang menurun itu adalah lebah, sedangkan hama-hama invasif justru bertambah karena meluasnya daerah yang mereka kolonisasi,” ujar Prof Damayanti Buchori, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Baca juga: 10 Negara dengan Penduduk Paling Pintar di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Terkait kepunahan serangga, Prof Damayanti mengatakan, ada banyak kerugian jika serangga tertentu berkurang populasinya.

“Kerugian kehidupan ketika tidak ada serangga tentu banyak sekali, sebagai contoh, lebih dari 75 persen tumbuhan diserbuki oleh serangga penyerbuk, dengan mayoritasnya adalah lebah,” terangnya.

Apabila penyerbuk hilang, katanya, maka tumbuhan-tumbuhan tersebut tidak dapat bereproduksi sehingga manusia akan kehilangan spesies tumbuhan dan juga hasil pertanian akan menurun. Bahkan, banyak ahli yang mengatakan bahwa kehidupan akan "collapse" apabila serangga hilang.

Apa yang bisa kita lakukan?

Prof Damayanti melanjutkan, beberapa sebab menurunnya populasi serangga adalah adanya alih fungsi lahan dari hutan ke tata guna lahan lain (deforestasi), penggunaan teknologi pertanian yang tidak ramah lingkungan dan perubahan iklim.

Baca juga: 10 Provinsi yang Warganya Paling Suka Membaca, Yogyakarta Nomor Satu

“Dengan adanya deforestasi, maka dapat merusak habitat serangga sehingga menyebabkan kehilangan biodiversitas,” tambahnya.

Selain itu, Dosen IPB University itu mengatakan, adapun penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida yang berlebihan.

Penggunaan pestisida yang berlebihan justru membunuh serangga-serangga berguna seperti lebah, predator dan parasitoid yang memiliki fungsi sebagai pengendali hama.

Tidak hanya itu, penggunaan pestisida yang terus menerus justru akan meningkatkan resistensi hama.

Sementara, perubahan iklim juga telah diketahui memberikan dampak yang signifikan terhadap populasi serangga. Prof Damayanti menjelaskan, terdapat serangga yang bisa memperluas daerah jelajahnya ke area yang sebelumnya tidak bisa dihuninya seperti area yang memiliki suhu terlalu dingin.

“Adanya peningkatan suhu akibat perubahan iklim menyebabkan beberapa serangga justru bisa hidup di daerah tersebut. Tetapi pada saat yang sama, serangga-serangga yang sudah beradaptasi dengan suhu rendah dan memerlukan musim dingin untuk berdiapause (fase istirahat), justru terganggu ritme biologisnya dan harus bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan ini,” kata Prof Damayanti.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Ia pun menegaskan, serangga yang tidak mampu beradaptasi tersebut berpotensi akan punah.

Oleh karena itu, Prof Damayanti menjelaskan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan populasi serangga.

Menurutnya, upaya yang dapat dilakukan antara lain yaitu dengan melakukan restorasi atau mengembalikan keseimbangan ekosistem, menghentikan deforestasi, mengembangkan teknologi hijau, mengurangi dampak perubahan iklim, serta mengurangi konsumerisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com