KOMPAS.com - Gangguan panik masih sering dianggap remeh oleh banyak orang.
Padahal, gangguan panik dapat menimbulkan efek yang cukup serius bagi penderitanya.
Baca juga: Rencana Pembebasan Karantina, Ini Kata Pakar Unair
Menanggapi hal itu, Psikater dari RS Unair, Brihastami Sawitri memberikan beberapa tips penting saat orang menghadapi gangguan panik.
Pertama, berani berbicara dengan orang terdekat seperti keluarga dan sahabat.
Kemudian, pergi ke dokter untuk memastikan kondisi lebih lanjut.
"Terakhir, berpikir positif dan memiliki motivasi tinggi untuk sembuh," kata dia melansir laman Unair, Kamis (10/3/2022).
Lanjut dia menjelaskan, gangguan panik erat kaitannya dengan pikiran.
Oleh karenanya, setiap individu harus memiliki kemampuan untuk mengontrol pikirannya supaya terhindar dari pikiran cemas.
"Kita harus fokus terhadap pikiran-pikiran yang dapat membawa ketenangan, seperti melihat sesuatu dari sudut pandang luas, fokus terhadap hal yang dapat dikendalikan, penerimaan, percaya diri, dan hal-hal positif lainnya," ungkap dia.
Baca juga: Pakar Hukum UGM: Pemilu Ditunda Hancurkan Banyak Hal di Indonesia
Gangguan panik merupakan gejala psikologis yang ditandai dengan serangan cemas yang berat.
Gangguan ini datang tiba-tiba dengan gejala penyerta berupa gejala fisik meliputi jantung berdebar, keringat dingin, denyut nadi dan jantung menjadi cepat, kebas atau kesemutan, serta wajah memerah.
Sawitri menjelaskan ada tiga faktor yang dapat memicu gangguan panik pada seseorang.
Pertama, faktor organobiologik atau faktor genetik.
Kedua, faktor psiko edukatif, yaitu faktor-faktor psikologik dan pembelajaran yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Ketiga, faktor sosio kultural, contohnya perceraian atau perpisahan.
Sawitri menuturkan terkait risiko apabila gangguan panik tidak segera ditangani.
Baca juga: Pemilu Ditunda, Pakar Unair: Berakibat Buruk dan Panjang
Beberapa hal di antaranya, yaitu dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan mortalitas, produktivitas menurun, hubungan keluarga dan sosial hilang, serta meningkatkan biaya kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.