KOMPAS.com - Keberadaan internet selain memberi manfaat bagi masyarakat juga membawa sejumlah dampak negatif.
Misalnya kejahatan di dunia maya yang masih sering terjadi. Masyarakat sebaiknya tidak hanya menggunakan internet dan perangkatnya saja tapi juga disertai edukasi cara beraktivitas di ruang digital.
Khususnya mengenai keamanan digital, budaya digital, kemampuan teknis mengoperasikan media digital, hingga etika digital.
Dalam berselancar di media digital, hal yang kerap diabaikan para pengguna internet yaitu footprint atau jejak digital.
Baca juga: Beasiswa Inspiratif 2022 bagi Jenjang SMP-S2, Dibiayai sampai Lulus
Bentuk jejak digital itu beragam, dapat berupa riwayat pencarian internet, postingan baik teks, foto, video, lokasi yang dikunjungi, hingga persetujuan akses cookies dalam perangkat.
Masyarakat juga perlu memahami dampak serta implikasi positif dan negatif dunia digital. Jejak digital sangat mungkin dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab untuk menjatuhkan reputasi seseorang atau mencari keuntungan lainnya.
Dosen Teknik Informatika Universitas Pasundan (Unpas) Ferry Mulyanto membagikan tips melindungi jejak digital. Yuk simak bersama informasi berikut ini:
Menurut Ferry Mulyanto, cache dan cookies muncul saat akan menghapus riwayat jelajah (history) pada browser. Cache berfungsi untuk menyimpan data situs yang pernah dikunjungi. Sedangkan cookies untuk menyimpan data username dan password saat login.
"Cache dan cookies harus dihapus untuk mengurangi risiko orang lain mengetahui web apa saja yang diakses," ujar Ferry Mulyanto seperti dikutip dari laman Unpas, Minggu (13/3/2022).
Baca juga: Unesa Buka Pendaftaran PMW 2022, Dapat Modal Usaha dan Mentoring
Dia menerangkan, untuk melindungi jejak digital lebih baik menghapus akun sosial media, akun game, atau akun lain yang sudah tidak digunakan. Masyarakat sering mendaftar banyak akun dengan menyertakan nama lengkap, email, hingga memasukkan nomor telepon. Namun pada akhirnya akun yang dibuat tidak aktif digunakan dan akhirnya tidak terpakai.
"Akun tersebut masih menyimpan data dirimu. Apabila memungkinkan, hapus akun secara permanen. Jika tidak bisa atau tidak tahu bagaimana cara menghapus akun, maka ubah data di dalamnya dengan data palsu," ungkap Ferry.
Agar tidak kebingungan dalam mengelola akun profil seperti email, buatlah beberapa akun yang dikhususkan untuk fungsi tertentu. Jangan mengandalkan satu akun untuk semua kebutuhan. Karena selain berisiko, hal ini juga tidak efektif dan efisien.
Buat akun email untuk kerja, mendaftar sosial media, penggunaan pribadi, dan sebagainya secara terpisah.
Baca juga: Tips Raih Beasiswa ke Luar Negeri ala Dosen UB
Dia menambahkan, masyarakat juga perlu mengelola akun dengan baik. Perhatikan dengan siapa akun ditautkan. Seringkali, kasus pembobolan melalui email terjadi karena akun tertaut dengan web yang dapat dimanfaarkan melakukan serangan siber.
Jika telah membuat beberapa akun sesuai kebutuhan, maka jangan lupa untuk mengamankannya.