Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sekolah SD-SMA Taman Siswa, Didirikan Ki Hajar Dewantara

Kompas.com - 11/05/2022, 14:07 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah siswa dan orangtua mendengar tentang sekolah Taman Siswa yang didirikan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara? Kini, jenjang pendidikan Sekolah Taman siswa ada mulai dari TK (Taman Indria), SD (Taman Muda), SMP (Taman Dewasa), SMA (Taman Madya) hingga Sarjana Wiyata (Taman Guru).

Melansir laman Ditsmp Kemendikbud Ristek, gagasan mendirikan sekolah Taman Siswa bermula di Yogyakarta pada 3 Juli 1922, berasal dari diskusi tiap hari Selasa-Kliwon.

Peserta diskusi sangat prihatin terhadap keadaan pendidikan kolonial. Sistem pendidikan kolonial yang materialistik, individualistik, dan intelektualistik diangap memerlukan "lawan tanding" yang lebih memanusiakan manusia, yaitu pendidikan yang humanis dan populis, yang memayu hayuning bawana, yakni memelihara kedamaian dunia.

Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa

Mengubah sistem "perintah dan sanksi" menjadi pendidikan "pamong"

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara berpendapat jika pendidikan adalah serangkaian proses untuk memanusiakan manusia.

Itulah mengapa, ia berpendapat bahwa metode pengajaran kolonial harus diubah, yaitu dari sistem pendidikan “perintah dan sanksi (hukuman)” ke pendidikan pamong.

Pendidikan kolonial didasarkan pada diskriminasi rasial yang di dalamnya terdapat pemahaman yang menyebabkan anak-anak bumiputra rendah diri.

Kondisi seperti ini harus diubah dari pendidikan model "perintah dan sanksi”, meski pemerintah kolonial sendiri menggunakan istilah santun “mengadabkan" bumiputera, tetapi dalam kenyataannya, cara kolonial yang tidak manusiawi tetap berjalan.

Untuk merealisasikan gagasan itu, Ki Hajar Dewantara membuat wadah “Nationaal Onderwijs Taman Siswa”, sebuah pendidikan nasional dengan gagasan yang sudah mencakup seluruh bangsa Indonesia (nationwide).

Baca juga: Orangtua, Ini Dampak Bila Sering Memarahi Anak Saat Belajar

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang cocok bagi bangsa Timur adalah pendidikan humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Maka, hal tersebut mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan.

Pengalaman yang diperoleh dalam mendalami pendidikan yang humanis ini dengan menggabungkan model sekolah Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore (India).

Menurut Ki Hajar Dewantara, dua sistem pendidikan yang dilakukan dua tokoh pendidik ini sangat cocok untuk sistem pendidikan bumiputera.

Dari mengadaptasi dua sistem pendidikan itu Ki Hajar Dewantara menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru agar menjadi panutan murid dan masyarakat.

Hal tersebut berujung menjadi pegangan utama KHD menciptakan istilah yang kemudian sangat terkenal, yaitu:

  • Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi contoh)
  • Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita)
  • Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya)

Perilaku guru Taman Siswa ini diterapkan di semua jenjang Pendidikan Taman Siswa, antara lain Taman Indria (Taman Kanak-kanak), Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), dan Taman Guru (Sarjana Wiyata).

Baca juga: 4 Penyebab Anak Sulit Memahami Pelajaran dan Solusinya

Selama delapan tahun sejak 1922, terjadi perkembangan sekolah Taman Siswa di nusantara, dari Aceh sampai Indonesia Timur berdiri 30 cabang dan Pusat Persatuan Pengurus Taman Siswa tetap di Yogyakarta.

Taman Siswa tetap memegang Azas Taman Siswa (1922) dan Dasar Taman Siswa (1947) yang sebenarnya saling berhubungan dan keduanya tidak dapat dipisahkan.

Ki Mangun Sarkara meneruskan cita-cita dan mengaplikasikan gagasan pendidikan Taman Siswa. Hanya saja Pendidikan Taman Siswa tidak seperti zaman kolonial, sekarang Taman Siswa harus membiayai dana pendidikan sendiri dan orientasi masyarakat sudah berubah karena dana belajar dari masyarakat yang semakin berkurang.

Namun demikian, Taman Siswa masih menjadi penggerak sekolah swasta di Indonesia dengan swadaya, swausaha, dan swakelola.

Semangat kebangsaan, kerakyatan dan keluhuran pekerti menjadi pegangan budaya Timur tetap terpancarkan dari Taman Siswa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com