KOMPAS.com - Indonesia adalah negara dengan sejuta keberagaman, mulai dari keberagaman suku, agama, ras, budaya, adat istiadat, dan masih banyak lagi.
Sebagai negara maritim yang 62 persen luas wilayahnya merupakan laut dan perairan, Indonesia sangat berpotensi memiliki kekayaan akan kearifan lautnya.
Berbicara tentang kearifan laut, terdapat sebuah suku yang hidupnya cukup erat dengan laut. Suku tersebut dikenal dengan nama suku Bajo.
Suku Bajo merupakan etnis asal Asia Tenggara yang memiliki karakteristik kemaritiman cukup kental.
Baca juga: Sudah Ada sejak Zaman Hindu Buddha, Ini Sejarah Jamu Gendong
Saat ini mereka tersebar di beberapa wilayah perairan Sulawesi, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara, hingga ke pantai timur Sabah (Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina).
Dilansir dari laman Direktorat SMP Kemendikbudristek, suku Bajo menetap di Taman Nasional Kepulauan Togean.
Kepulauan Togean adalah sebuah kepulauan yang terletak di Teluk Tomini, tepatnya berada di wilayah Kabupaten Tojo Una Una, Sulawesi Tengah.
Di sinilah suku Bajo hidup dan menetap berdampingan dengan laut.
Baca juga: Siswa, Kenali 5 Kerajaan di Indonesia yang Masih Berdiri Kokoh
Rumah mereka kebanyakan berdiri di tepian pantai atau di atas perairan laut dangkal yang dipasang tiang pancang agar terhindar dari gelombang pasang.
Dinding rumah suku Bajo berbahan dasar kayu dan atapnya terbuat dari rumbia.
Karena tinggal di perairan laut, kegiatan sehari-hari suku Bajo didukung oleh transportasi air berupa perahu.
Perahu-perahu biasanya terparkir di pelataran rumah mereka. Selain sebagai alat transportasi, perahu-perahu juga digunakan oleh masyarakat suku Bajo untuk mencari nafkah.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat suku Bajo adalah nelayan. Mereka mencari ikan dengan cara-cara tradisional seperti memancing menggunakan kail, menjaring, dan juga memanah.
Hasil tangkapan akan dijual kepada masyarakat di sekitar pesisir atau pulau terdekat. Selain mencari ikan, sebagian masyarakat suku Bajo juga telah belajar budidaya beberapa komoditas bahari seperti lobster, ikan kerapu, atau udang.
Kehidupan masyarakat suku Bajo yang begitu sederhana dan berkutat pada lingkup bahari terkadang membuat mereka tidak terlalu memperhatikan terkait hal permukiman tetap.