Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Guru dan Siswa di Makassar Atasi Limbah Organik

Kompas.com - 27/06/2022, 05:47 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dengan adanya program Guru Penggerak dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), pendidik bisa meningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid.

Selain itu, pendidik juga dapat meningkatkan performa diri dalam menjadi guru yang sebenar-benarnya yang berpusat pada murid.

Guru di SMPN 7 Makassar Nasmur Kohar berinovasi dalam mengembangkan metode belajar mengajar di sekolahnya agar lebih menarik bagi peserta didik.

Sebagai bagian program "Guru Penggerak", guru yang akrab disapa Nasmur ini paham memanfaatkan potensi dan rasa ingin tahu siswa-siswanya.

Baca juga: Omron Indonesia Buka Lowongan Kerja bagi D4/S1, Yuk Daftar

Optimalkan kegiatan kokurikuler

Dia tidak hanya mengajak siswa belajar di kelas, tapi justru mendorong anak didiknya untuk mempelajari apa yang bisa dilakukan di luar sekolah.

Mengingat untuk memenuhi capaian pembelajaran tidak cukup dengan belajar di kelas (intrakurikuler), maka Nasmur memaksimalkannya di kokurikuler.

Menurutnya, melalui kegiatan kokurikuler, siswa yang sudah menguasai materi di intrakurikuler bisa bekerja sama dengan yang belum paham di pelajaran tersebut.

"Misal materi IPA, senyawa dan campuran saya tidak ajar maksimal di intrakurikulernya, saya terapkan (maksimalkan) di pelajaran kokurikulernya," urai Nasmur seperti dikutip dari laman Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Ristek, Minggu (26/6/2022).

Ajak siswa amati kondisi lingkungan

Menurutnya, dengan cara ini nantinya anak-anak yang sudah paham di intrakurikuler, bisa membantu temannya yang belum paham.

Baca juga: Itera Masih Buka Jalur Mandiri SMMPTN Barat Sampai 27 Juni

Kegiatan ini, dimulai dengan mengajak anak didiknya untuk mengamati bagaimana kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka. Misalnya, bagaimana pengelolaan sampahnya.

Dari proses tersebut, ternyata ada Keyla Anastasya dan Andini Syalsabila, siswi kelas 7 yang memiliki kekhawatiran karena melihat sampah berserakan. Baik di sekitar tempat tinggal maupun di perjalanan menuju sekolahnya.

Dari pengamatan sehari-hari, muncul pertanyaan sekaligus ide dari kedua siswa itu. Mereka penasaran, jika sampah anorganik bisa didaur ulang, maka seharusnya begitu juga dengan sampah organik.

"Percuma (sampah) dibuang begitu saja. Kalau sampah plastik bisa dibuat lampion, pasti yang organik juga bisa diolah lebih bermanfaat," terang Andini.

Gunakan metode komposter

Hal senada juga disampaikan Keyla. Dia mengatakan, lingkungan di sekitarnya banyak limbah organik dan apabila melihat sampah, Keyla juga tertarik tanaman orangtuanya yang tidak bisa tumbuh subur.

Kegelisahan itu pun disampaikan kepada guru mereka yang kemudian menjadi bahan diskusi. Lalu mereka mempelajari mulai dari jenis-jenis sampah beserta cara mengolahnya, mana saja metode yang mungkin diterapkan dan yang lebih bermanfaat.

Baca juga: Kisah Mahasiswa Unesa, Model Disabilitas yang Dirikan Sekolah Khusus Difabel

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau