KOMPAS.com - Keterlibatan orangtua menjadi salah satu kunci kelancaran pembelajaran anak di sekolah.
Hal tersebut tak hanya dirasakan oleh siswa, namun juga guru-guru di SMA Plus Budi Utomo dan SMP N 7 di Kota Makassar.
Berkat penerapan Kurikulum Merdeka yang dipakai sekolah penggerak, suasana baru dalam pembelajaran dinilai amat terasa.
Kepala Sekolah SMA Plus Budi Utomo Makassar, Sulawesi Selatan, Dede Nurohim menceritakan bagaimana upayanya membangun komunikasi dengan orang tua siswa di awal pandemi Covid-19.
Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa
Sekolah semi pesantren yang masuk dalam kategori sekolah penggerak ini termasuk salah satu sekolah yang terlambat memulangkan anak didik saat pademi Covid-19 merebak di Indonesia.
Alasannya ialah pertimbangan pembelajaran yang tidak akan maksimal jika dilakukan jarak jauh. Hal ini terkait dengan faktor infrastruktur yang menjadi permasalahan utama.
“Kami termasuk sekolah yang paling telat mengembalikan anak-anak, karena kami membangun metode pembelajaran jarak jauh terlebih dahulu. Kami tahu, kalau sudah di rumah, terkadang orang tua sudah menuntut anak untuk membantu pekerjaan mereka. Jadi sebelum memulangkan anak, pertama kami mengadakan pertemuan dengan orang tua lewat zoom meeting, dan kami sampaikan bahwa selama di rumah siswa harus didampingi belajarnya,” tutur Dede dilansir dari laman Kemendikbud.
Dede menuturkan, komunikasi dua arah semakin terbangun setelah sekolahnya mengimplementasikan kurikulum merdeka.
Baca juga: Kisah Guru Betty, Raih Penghargaan Internasional karena Empati Tinggi
Sekolah mendengarkan masukan, keluhan, dan kritik yang disampaikan oleh orang tua. Setiap dua minggu, tuturnya, ada evaluasi yang dilakukan dalam koordinasi sekolah dan orang tua.
“Kami sangat terbuka, dari masa pandemi yang walau pembelajaran tidak seefektif tatap muka, mereka tetap belajar. Dan sampai sekarang kalau anak-anak yang ada di asrama hari ini tidak masuk kelas, orangtua akan tahu di waktu yang sama melalui grup tersebut,” jelas Dede.
Dede mengatakan, visi misi kurikulum merdeka sejalan dengan visi yang sebelumnya sudah dibangun di sekolah tersebut. Terutama tentang karakter kemandirian.
Ia menyebut, lulusan di Budi Utomo yang berasal dari berbagai daerah membekali peserta didik dengan kecakapan hidup seperti menjahit untuk semua siswa.
Namun demikian, siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi pun cukup banyak dari sekolah ini.
Baca juga: Kisah Putri, Siswi Madrasah Anak Petani, Raih Beasiswa Kuliah ke Kanada
“Kami berupaya supaya anak-anak ini walaupun tidak bisa kuliah, mereka tidak jadi beban di masyarakat. Mereka harus berdaya. Untuk itu kami mengutamakan anak-anak ini bisa mendapat sertifikat kecakapan hidup. Ada yang dari pesantren, dan ada yang dari Kemenaker,” urai Dede.
Komunikasi yang baik dengan orang tua juga dibangun oleh kepala sekolah dan guru di SMP N 7 Makassar.