Namun terkait kontes burung kicau, Dr. Maria berharap burung yang dilombakan tidak berasal dari tangkapan alam, melainkan merupakan hasil penangkaran.
"Hal ini bertujuan untuk menjaga populasi burung yang sudah mulai langka di Indonesia," imbuh dia.
Dia menyampaikan, sebagai hewan model untuk penelitian tentang gangguan perkembangan vokal dan komunikasi pada manusia serta alternatif solusinya.
"Suara burung dihasilkan oleh syrinx yang terletak pada pangkal trakea. Syrinx tersusun dari jaringan tulang rawan dan jaringan lunak yang kompleks," beber dia.
Baca juga: Negara-negara G20 Dorong Pembelajaran Tatap Muka Terus Dilakukan
Setiap individu burung memiliki anatomi syrinx yang spesifik sehingga setiap individu burung menghasilkan vokalisasi yang berbeda sesuai dengan anatomi syrinx-nya.
Dia mengungkapkan, faktor-faktor yang memengaruhi suara burung kicau.
Antara lain adalah genetik, umur burung, karakteristik syrinx, hormon, serta manajemen pemeliharaan burung kicau.
"Kualitas suara song (kicauan) burung kicau tergantung pada proses pemilihan burung kicau, manajemen pemeliharaan yang baik dan proses pemasteran (proses meniru suara burung yang telah ahli) burung kicau," tandasnya.
Pada masa pemeliharaan, lanjut Maria Ulfah, diperlukan pakan dan vitamin untuk persiapan kontes, perawatan harian, serta pelatihan untuk burung kicau.
Baca juga: Universitas Pertamina Buka PMB Jalur Nilai UTBK 2022, Catat Jadwalnya
Selain itu, agar lebih obyektif, kontes burung kicau bisa menggunakan teknologi akustik yang dapat memberikan penilaian suara secara lebih akurat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.