Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Bendera Pusaka Merah Putih, Sempat Dirobek Jadi Dua Bagian

Kompas.com - 15/08/2022, 17:57 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77, bendera Merah Putih banyak dikibarkan di depan rumah maupun di sepanjang jalan.

Keberadaan bendera Merah Putih ini punya sejarah penting dalam tonggak kemerdekaan Indonesia tahun 1945 silam.

Bagi para siswa, perlu mengetahui sejarah bendera Pusaka Merah Putih yang jadi kebanggaan rakyat Indonesia ini.

Melansir dari laman Cagar Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Senin (15/7/2022) membagikan sejarah bendera Pusaka Merah Putih milik Indonesia ini. Yuk simak bersama informasinya.

Baca juga: 10 Universitas Muhammadiyah Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2022

Makna warna merah putih di bendera Indonesia

Kemerdekaan yang dideklarasikan bangsa Indonesia berawal setelah Jepang menyiarkan kabar pada tanggal 7 September 1944 bahwa Indonesia diperkenankan untuk merdeka di kemudian hari.

Maka dari itu, Chuuoo Sangi In (badan yang membantu pemerintah pendudukan Jepang terdiri dari orang Jepang dan Indonesia) menyelenggarakan sidang tidak resmi pada tanggal 12 September 1944 dipimpin Ir. Soekarno.

Hal yang dibahas pada sidang tersebut adalah pengaturan pemakaian bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia.

Hasil dari sidang ini adalah pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Waktu itu, panitia bendera kebangsaan merah putih menggunakan warna merah dan warna putih sebagai simbol.

Siswa perlu tahu makna warna dalam bendera Indonesia. Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Kedua warna ini sampai saat ini menjadi jati diri bangsa.

Baca juga: Apa Itu Tri Dharma Perguruan Tinggi? Mahasiswa Baru Wajib Tahu

Ukuran bendera merah putih milik Indonesia

Ukuran bendera merah putih yang dibuat pertama kali saat deklarasi kemerdekaan Indonesia, ditetapkan sama dengan ukuran bendera Nippon. Yakni perbandingan antara panjang dan lebar tiga banding dua.

Atas permintaan Soekarno kepada Shimizu, kepala barisan propaganda Jepang (Sendenbu), Chaerul Basri diperintahkan mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air untuk diantarkan ke Jalan Pegangsaan Nomor 56 Jakarta.

Kain ini dijahit langsung oleh Fatmawati yang merupakan istri Presiden Soekarno hingga menjadi bendera merah putih yang dikibarkan saat Indonesia merdeka.

Warna asli merah bendera adalah merah serah yaitu merah jernih (bukan merah nyala, bukan merah tua, bukan merah muda, atau merah jambu). Bendera merah putih yang pertama kali dikibarkan saat Indonesia merdeka berukuran panjang 300 cm dan lebar 200 cm.

Bendera terbuat dari bahan katun halus atau setara dengan jenis primissima untuk batik tulis halus.

Bendera tersebut dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta oleh Latief Hendraningrat dan Suhud.

Baca juga: Lowongan Kerja Indofood bagi Lulusan D3/S1, Fresh Graduate Bisa Daftar

Bendera pusaka sempat dirobek agar tidak disita Belanda

Pada tanggal 4 Januari 1946, Presiden, Wakil Presiden, dan para Menteri pindah ke Yogyakarta karena keamanan para pemimpin Republik Indonesia tidak terjamin di Jakarta.

Bersamaan dengan perpindahan tersebut, Bendera Pusaka turut dibawa dan dikibarkan di Gedung Agung.

Ketika Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, bendera pusaka sempat diselamatkan oleh Presiden Soekarno dan dipercayakan kepada ajudan Presiden yang bernama Husein Mutahar untuk menyelamatkan bendera itu.

Husein Mutahar mengungsi dengan membawa bendera tersebut dan untuk alasan keamanan dari penyitaan Belanda.

Ia melepaskan benang jahitan bendera sehingga bagian merah dan putihnya terpisah, kemudian membawanya dalam dua tas terpisah.

Kemudian pada pertengahan Juni 1949, ketika berada dalam pengasingan di Bangka, Presiden Soekarno meminta kembali bendera pusaka kepada Husein Mutahar.

Ia kemudian menjahit dan menyatukan kembali bendera pusaka dengan mengikuti lubang jahitannnya satu persatu.

Bendera pusaka kemudian disamarkan dengan bungkusan kertas koran dan diserahkan kepada Soejono untuk dikembalikan kepada Presiden Soekarno di Bangka.

Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno bersama bendera pusaka tiba dengan selamat di Ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta.

Pada tanggal 17 Agustus 1949, bendera pusaka kembali dikibarkan di halaman depan Gedung Agung.

Baca juga: Kao Indonesia Buka Lowongan Kerja S1, Terbuka bagi Fresh Graduate

Bendera pusaka merah putih terakhir dikibarkan tahun 1968

Pada tanggal 28 Desember 1949, sehari setelah penandatanganan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda di Den Haag, bendera pusaka disimpan di dalam sebuah peti berukir dan diterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta dengan pesawat Garuda Indonesia.

Sejak tahun 1958, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, bendera tersebut ditetapkan sebagai Bendera Pusaka.

Pada tahun 1967, setelah Presiden Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto, bendera Pusaka Merah Putih masih dikibarkan. Namun kondisi bendera sudah sangat rapuh.

Bendera pusaka terakhir dikibarkan di depan Istana Merdeka pada 17 Agustus 1968. Sejak saat itu, bendera pusaka tidak lagi dikibarkan dan digantikan dengan duplikatnya.

Baca juga: Bergelar Doktor Ilmu Hukum, Satu Keluarga Alumni Unair Raih Rekor MURI

Itulah sejarah bendera Pusaka Merah Putih yang dikibarkan saat deklarasi Kemerdekaan Indonesia yang wajib diketahui para siswa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com