Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadiem dan Luhut Bahas Transformasi Pendidikan di QS Higher Ed Summit Asia Pacific

Kompas.com - 11/11/2022, 20:00 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbud Ristek RI), Nadiem Makarim dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan turut hadir dalam acara QS Higher Ed Summit Asia Pacific 2022.

Acara tersebut berlangsung selama tiga hari yakni 8-10 November 2022 secara hybrid di Hotel Intercontinental Jakarta.

Pada hari kedua, tepatnya Rabu (9/11/2022) Nadiem dan Luhut turut menjadi pembicara yang merupakan bagian dari tema diskusi “Intra Regional Collaboration And Influence.” Kedua menteri tersebut membahas tentang transformasi pendidikan.

Baca juga: 3 Beasiswa S2-S3 Beri Kuliah Gratis dan Tunjangan Keluarga, Tertarik?

Nadiem mengatakan salah satu hikmah terjadinya pandemi Covid-19 adalah transformasi pendidikan yang menghadirkan banyak perubahan besar dan membuat peluang untuk melakukan hal-hal yang belum dilakukan sebelumnya.

“Perubahan besar yang telah kita lakukan ini mungkin tidak akan pernah bisa saya lakukan dalam waktu sepuluh tahun. Dengan hadirnya Covid-19, dalam waktu satu tahun memaksa hampir sekitar tiga juta guru di seluruh Indonesia menggunakan teknologi,” ujarnya.

Nadiem menambahkan bahkan jika pihaknya mencoba dengan anggaran besar, tidak dapat mencapainya dalam waktu sepuluh tahun. Namun, hal tersebut dapat terjadi karena sekolah dan guru terpaksa menggunakan teknologi untuk mengajar.

“Mereka sendiri yang membuka pintu-pintu peluang untuk mengadopsi digital dari berbagai teknologi pendidikan yang dapat kami berikan secara gratis untuk para guru sehingga kementerian mengambil kesempatan itu dan membangun berbagai platform pendidikan,” paparnya.

Baca juga: 5 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia 2023, Kuliah Gratis dan Uang Saku

Nadiem juga menegaskan dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud Ristek harus dilakukan dengan upaya transformasi agar dapat bergerak secepat mungkin. Salah satu contoh terobosan yang dikeluarkan adalah Merdeka Belajar. Program ini adalah kombinasi antara teori akademik dengan aplikasi dunia nyata.

Pada kesempatan yang sama, Luhut juga yang hadir secara virtual. Luhut menyebutkan di dalam program Merdeka Belajar terdapat Program Gerilya. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa perguruan tinggi baik dari program vokasi maupun teknologi untuk mengembangkan kompetensi energi terbarukan.

“Sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam memperluas kegiatan akademik dan penelitian terkait energi terbarukan, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) memberikan skema beasiswa untuk program magister dan PhD untuk mempelajari energi terbarukan di universitas terbaik di seluruh dunia,” ungkapnya.

Lebih lanjut Luhut menyampaikan LPDP juga menyediakan skema pendanaan penelitian yang dikenal dengan Pendanaan Riset Inovatif Produktif (RISPRO) yang mencapai hingga sekitar USD 150.000 atau sekitar Rp 2,3 miliar per skema penelitian yang berfokus pada energi terbarukan.

Baca juga: 6 Beasiswa S1, S2, S3 ke Luar Negeri Tanpa LoA Unconditional

“Banyaknya pemangku kepentingan pendidikan tinggi yang penting dan beberapa peringkat universitas terkemuka internasional mengakui kinerja Universitas Indonesia terkemuka di tingkat global dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) termasuk masalah energi terbarukan,” ujar Luhut.

Sementara itu, dalam diskusi dengan tema “Intraregional Collaboration And Influence,” Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris mengatakan, salah satu kunci UI dalam mencapai posisi saat ini adalah dengan menggencarkan global engagement.

Hal tersebut nyata dari upaya UI yang telah bekerja sama dengan mitra di 47 negara dan merupakan anggota dari 14 konsorsium regional. Selain itu, sinergi antara UI dengan program Merdeka Belajar Kemendikbud Ristek mendorong untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakatnya.

Abdul juga menjelaskan kolaborasi yang dilakukan juga harus berfokus pada hasil aktual dan dampak nyata yang menghubungkan universitas dengan dunia nyata.

Baca juga: 6 Beasiswa Luar Negeri Tanpa Syarat TOEFL atau IELTS

Selain Nadiem dan Luhut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Dikti Ristek) Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D. juga turut hadir dalam panel diskusi.
Nizam menyampaikan, saat ini pemerintah sedang mentransformasikan sistem pendidikan melalui banyak aspek.

“Karena kami percaya bahwa peran terpenting pendidikan tinggi adalah mempersiapkan sumber daya manusia,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau