Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM Beri Tips Membangun Rumah Tahan Gempa

Kompas.com - 27/11/2022, 08:57 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Erwin Rommel menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat banyaknya bangunan roboh saat gempa berkekuatan 5.6 magnitudo itu terjadi di Cianjur Senin (21/11/2022) yang lalu.

Dia menerangkan, beberapa penyebabnya adalah posisi pusat gempa, jenis patahan, kondisi lapisan tanah, serta kondisi bangunan yang ada di Cianjur.

Erwin menjelaskan, pusat gempa di Cianjur berada pada jalur sesar Cimandiri dengan kedalaman kurang dari 10 kilometer yang masuk dalam kategori gempa dangkal.

Baca juga: 3 Manfaat Bermain Engklek bagi Anak, Bisa Melatih Motorik

Membangun rumah tahan gempa

Selain dekat dengan pusat gempa, karakteristik tanah di daerah Cianjur relatif cukup labil. Hal ini terlihat dari topografi tanah di Cianjur yang berupa lereng-lereng bukit dan pegunungan. Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi rawan longsor jika terjadi gempa.

"Sebagian besar bangunan yang berdiri di daerah Cianjur adalah bangunan rendah dan bangunan sederhana yang belum memenuhi kaidah rumah tahan gempa," terang Erwin seperti dikutip dari laman UMM, Minggu (27/11/2022).

Dia mengungkapkan, kebanyakan masyarakat awam beranggapan bahwa gempa yang terjadi lebih berdampak signifikan pada bangunan tinggi saja.

Nyatanya bencana gempa bisa mengakibatkan kerusakan pada semua bangunan, baik rumah tinggal maupun gedung-gedung bertingkat.

Terkait spesifikasi rumah tahan gempa, Kepala Badan Pengawasan Pembangunan Kamus (BP2K) UMM itu mengatakan, untuk membangun rumah sederhana tahan gempa ada sederet hal yang harus diperhatikan, yaitu:

  • Membuat bangunan dengan bentuk sesimetris mungkin.
  • Cukup tersedianya pengangkur pada dinding. Minimal setiap 12 meter persegi luasan dinding harus diberikan kolom dan balok praktis.
  • Memberi pengangkuran yang cukup pada setiap sambungan elemen pada bangunan. Misalnya sambungan dari dinding ke balok pondasi, sambungan dinding ke kolom, ataupun sambungan balok ke konstruksi atap.


Baca juga: Gempa Cianjur, Atma Jaya Turunkan Mahasiswa dan Tim Darurat Bencana

Model bangunan rumah tahan gempa

Ada beberapa model bangunan sederhana tahan gempa sudah dikenalkan kepada masyarakat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Diantaranya rumah sederhana tahan gempa berbahan kayu, bambu, dan beton. Spesifikasi utama yang harus dipenuhi agar rumah tahan gempa yakni adanya integritas bangunan.

Rumah tahan gempa dapat tercipta jika seluruh elemen-elemen dari bangunan mulai dari pondasi, balok sloof, kolom, dinding, serta balok atap tersambung dengan baik dan benar.

Selain itu, perlu adanya penyalur beban dari satu elemen ke elemen lain agar bangunan tidak mudah runtuh dan dapat menahan beban gempa.

Dalam realisasinya, pembuatan rumah tahan gempa memang membutuhkan biaya yang lebih mahal dibanding rumah pada umumnya.

Bisa gunakan bahan bambu atau rotan

Erwin menyampaikan, hal itu bisa disiasati dengan penggunaan bahan-bahan bangunan yang tersedia di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Masyarakat bisa menggunakan bambu atau rotan sebagai pengganti tulangan baja. Selain itu, penggunaan kayu juga bisa menjadi alternatif bahan pengganti lainnya.

"Intinya, konsep pembangunan rumah tahan gempa adalah membuat bangunan menjadi lebih ringan, lebih daktail, dan adanya penyaluran beban dari setiap elemennya sampai ke pondasi," beber Erwin.

Baca juga: Gempa Cianjur, Nadiem Apresiasi Guru yang Lindungi Siswa Saat Gempa

Dia menambahkan, jika bisa memanfaatkan kekayaan alam sebagai pengganti bahan bangunan, maka rumah tinggal tahan gempa bisa menjadi lebih murah dan terjangkau di masyarakat.

Ketahui kondisi patahan atau sesar di sekitar tempat tinggal

Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) wilayah Malang Raya ini menambahkan, dalam pembangunan rumah tahan gempa, selain mengikuti regulasi Kementerian PUPR juga ada beberapa tips lainnya yang bisa diterapkan.

Salah satunya yakni mengetahui perkembangan kondisi patahan atau sesar yang ada di sekitar tempat tinggal.

Hal ini bertujuan agar masyarakat memahami tingkat kerawanan gempa pada desain bangunan kita agar bisa lebih siap. Selanjutnya adalah pemberian edukasi kepada masyarakat tentang mitigasi dan penyelamatan korban.

Menurutnya, perlu adanya edukasi kepada masyarakat tentang antisipasi dan mitigasi ketika terjadi gempa bumi.

Baca juga: Tips Menyelamatkan Diri Saat Gempa Bumi, Pelajar Mahasiswa Wajib Tahu

Selain itu, pemerintah daerah dan pusat bisa melakukan pemetaan dan relokasi secara menyeluruh terhadap bangunan-bangunan yang telah berdiri.

Terlebih terhadap bangunan yang berada di daerah jalur sesar dan juga yang berpotensi untuk menjadi sesar aktif dikemudian hari.

Kita semua turut berduka, atas apa yang dialami oleh saudara-saudara kita di area gempa Cianjur. Mari bantu mereka dengan apapun kita mampu, bantuan doa dan donasi akan sangat bermanfaat bagi mereka.

Uluran tangan Anda dapat disalurkan melalui link: bit.ly/bantukorbancianjur.

#MariBersamaBerdonasi_

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com