KOMPAS.com - Ide jasad manusia bisa diatasi dengan cara dijadikan kompos, saat ini menjadi perhatian banyak masyarakat.
Metode pengomposan dianggap unggul jika dibandingkan dengan pemakaman tradisional dan kremasi. Sebab, pemakanan tradisional atau kremasi dianggap belum ramah terhadap lingkungan.
Seperti proses penguburan di California menggunakan bahan pembalseman sebesar tiga kalon untuk tiap jasadnya. Bahan yang digunakan seperti formaldehida, metanol, dan etanol.
Baca juga: 3 Jalur Masuk Unair 2023, Seleksi Mandiri Gunakan TPS dan TPA
Sementara jika dibandingkan dengan proses kremasi, ada lebih dari 500 pound (227 kilogram) karbondioksida dari proses pembakaran satu jasad. Pembakaran itu sendiri menghabiskan energi yang setara dengan dua tangki bensin.
Di Amerika Serikat, kremasi menghasilkan sekitar 360.000 metrik ton karbondioksida setiap tahun.
Karena itu ide pengomposan jenazah dianggap sebagai alternatif terbaik dan ramah lingkungan.
Baca juga: 10 Jurusan di Unair dengan Kuota Terbanyak, Referensi Ikut SNBT 2023
Cara pengomposan jasad manusia pun hampir tidak menggunakan bahan tidak ramah lingkungan.
Pengomposan manusia dilakukan dengan meninggalkan tubuh atau jasad dalam wadah berisikan serpihan kayu dan bahan organik lainnya.
Kemudian, jasad dibiarkan selama sekitar satu bulan dengan memanfaatkan bakteri agar menghasilkan kompos.
Banyak negara yang sudah melegalkan metode pemakaman seperti ini. Misalnya, Colorado, Oregon, Vermont, Washington, dan Amerika.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.