Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bidan Desa, Dirikan “Taman Baca” Bangun Karakter Anak Desa

Kompas.com - 21/12/2022, 15:00 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemulihan dan peningkatan pendidikan membutuhkan peran penting dari berbagai pihak, seperti orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari institusi pendidikan saja seperti sekolah atau universitas.

Inisiatif dari berbagai kalangan membutuhkan peran lebih optimal dalam membantu layanan pendidikan agar kualitas pendidikan semakin meningkat guna mencetak generasi muda di masa mendatang.

Salah satu teladan inovasi datang dari Belvi, seorang perempuan dengan profesi Bidan Desa di Puskesmas Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.

Belvi mendirikan Taman Baca di desanya pada 2020, tepatnya pada pada Pandemi Covid-19. Tinggal di desa yang tergolong terpencil, Belvi mengamati banyak anak usia SD kelas I sampai VI yang kurang mendapat pengawasan dari orangtuanya.

Baca juga: Kisah Guru Nofri, Rela Tempuh 40 Jam Perjalanan demi Berbagi Ilmu

Hal ini disebabkan orangtua mereka lebih fokus mencari nafkah ke ladang dengan lokasi cukup jauh dari tempat tinggalnya, sehingga hanya bisa kembali ke rumahnya satu atau dua minggu sekali untuk bertemu dengan anak-anak mereka.

Perjumpaan dan pendampingan yang minim dari para orangtua tersebut membuat anak-anak tumbuh tanpa pembinaan dan pengawasan dari orang tuanya.

“Anak-anak ini cenderung menjadi anak yang nakal, menghabiskan waktunya dengan hal-hal negatif, berkelahi, mencuri, merokok, dan lain sebagainya,” ujar Belvi pada acara Temu Inovasi ke 14 bertajuk ”Transformasi Pembelajaran: Sampai di mana Perjalanan Kita?”, Selasa (6/12/2022) di Jakarta.

Belvi juga memerhatikan banyak anak-anak yang usia SD mengalami keterlambatan membaca, menulis, dan berhitung.

Baca juga: Cara Kreatif Sekolah Buat Siswa Gemar Membaca, dari Ojek Baca hingga Gerabah

“Saya melihat kondisi di desa kami, Pelita Kanaan pada masa sebelum dan sesudah Pandemi, ini anak-anak di desa kami begitu banyak yang terlambat membaca dari kelas satu sampai kelas enam,” ungkap Belvi.

Melihat kondisi tersebut, Belvi merasa tergerak untuk membantu anak-anak di desa Pelita Kanaan tersebut untuk memperbaiki karakter dan intelektual anak-anak.

“Saya merasa simpati dengan anak-anak ini, sehingga inilah yang membuat saya tergerak untuk membimbing anak-anak ini. Saya memiliki kerinduan agar anak-anak ini memiliki intelektual yang baik, memiliki moral yang baik,” ujar Belvi kepada Kompas.com lewat wawancara daring, Kamis (15/12/2022).

Belvi yang sejatinya bekerja sebagai seorang bidan tersebut terpanggil untuk melayani di bidang pendidikan. Sejak awal pandemi di tahun 2020, Ibu Belvi mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) bernama Pelita Kanaan di Kecamatan Malinau Kota.

Baca juga: Kisah Guru Betty, Raih Penghargaan Internasional karena Empati Tinggi

Dia mendirikan TBM ini untuk membantu memulihkan kemampuan belajar anak, terutama kemampuan membaca, berhitung, dan menulis.

Pada awal pendirian, ada puluhan anak yang mendapatkan layanan pemulihan pembelajaran yang diberikan Ibu Belvi dan tim di TBM Pelita Kanaan.

Dirikan Taman Baca di halaman belakang rumah

Adapun Belvi, memiliki inisiatif untuk menghimpun anak-anak yang kurang pendampingan dari orangtuanya dengan mengubah halaman rumah belakangnya menjadi Taman Bacaan atau TBM.

Pada awal pendirian, TBM hanya dihuni oleh sekitar 20 anak dan Belvi sendiri yang menjadi pendamping mereka. Belvi mengajak mereka bermain.

“Saya mengajak mereka bermain, bernyanyi, lalu membacakan buku,” beber Belvi.

Dengan keterbatasan tempat tersebut, Belvi tidak patah arang. Dia tetap semangat mengajari anak-anak untuk bermain dan bernyanyi.

Baca juga: Cara Kreatif Mengedukasi Nilai Pancasila di Era Kekinian

Ketika anak-anak semakin nyaman dengan Belvi, mereka diarahkan untuk membaca, berhitung, dan sesekali berwisata ke lokasi terdekat.

Dalam perjalanan waktu, Belvi membuat tiga kelompok belajar yakni kelompok anak yang belum mengenal huruf, kelompok mengeja, dan kelompok yang sudah mampu membaca.

Usaha Belvi ini berbuah manis meskipun mengalami banyak tantangan dan kesulitan.
Setelah tiga tahun berjalan, kini TBM sudah memiliki sekitar 200 siswa dengan 20 orang pendamping.

Kegiatan Bermain-main (games) di lapangan desa oleh anak-anak TBM Pelita Kanaan 
Dokumentasi Pribadi Kegiatan Bermain-main (games) di lapangan desa oleh anak-anak TBM Pelita Kanaan

Dengan haru Belvi menceritakan dampak positif dari TMB tersebut.

"Ada banyak anak-anak yang pada awalnya tidak mengenal huruf, setelah bergabung di TBM akhirnya mampu membaca," urai Belvi.

Salah satu contoh, Debby, seorang siswa yang duduk di kelas II SD. Awalnya dia tidak bisa membaca dan sering terlibat pertengkaran dengan rekan sebaya. Setelah dua tahun mengikuti kegiatan di TBM, Debby kini sudah lancar membaca dan meraih juara renang se-wilayah Malinau.

Baca juga: Semangat Mengajar Para Guru Pedalaman, Minim Listrik, Tanpa Internet

Dalam Waktu dekat Debby yang sudah duduk di kelas V akan mengikuti lomba renang tingkat Provinsi Kalimantan Utara.

Saat ini, upaya yang dilakukan oleh Belvi dan teman-temannya di TBM Kanaan yakni membaca buku cerita, belajar menulis, belajar berhitung, belajar membaca, pendampingan belajar oleh siswa SMP dan SMA, berwisata, pemberian makanan tambahan, kegiatan spiritual bersama, dan kegiatan bermain-main di lapangan desa.

Mendapat dukungan dari berbagai pihak

Belvi terus mendapat dukungan dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Daerah, PKK kabupaten Malinau, Kemendikbudristek dalam bentuk gerakan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi), dan lain-lain.

Communication Officer Inovasi Kalimantan Utara, Erix Hutasoit sendiri menyatakan dukungannya pada praktik baik yang dilakukan oleh Belvi.

Baca juga: Perjuangan Telma di Pedalaman Papua demi Tuntaskan Buta Aksara

“TBM Pelita Kanaan sangat penting untuk mempercepat pemulihan pembelajaran. Sekolah dan TBM dapat bekerjasama untuk memulihkan anak. Anak bisa mendapatkan waktu pemulihan pembelajaran yang lebih banyak,” beber Eix ketika diwawancarai secara daring.

Erix juga mengatakan semakin cepat anak dipulihkan kemampuannya, maka semakin berkembang pengetahuan dan keterampilan si anak, maka keterampilan membaca merupakan pondasi belajar.

“Hanya dengan memiliki keterampilan membaca, seorang anak bisa mempelajari semua mata pelajaran dan menguasai keterampilan. Semakin keterampilan anak membaca, semakin baik pula prestasi belajarnya,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com