Orangtua juga bisa memegang peran onlooker, yakni orang tua menjadi pengamat dan siap membantu jika anak memerlukan bantuan.
Hal ini juga berarti, jika anak sudah terampil bermain lato-lato, orang tua tetap harus mengawasi.
Menanggapi adanya aturan di beberapa sekolah tentang lato-lato, seperti Dinas Pendidikan (Disdik) kabupaten Bandung Barat yang melarang siswa Sekolah Dasar (SD) membawa mainan lato-lato ke sekolah, Efriyani menyampaikan bahwa aturan tersebut dilakukan sekolah karena beberapa hal.
Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa
Misalnya mengganggu jalannya kegiatan sekolah, menimbulkan risiko kecelakaan, dan lain sebagainya.
“Sebenarnya, sekolah bisa memberikan ruang atau waktu tertentu untuk bermain mainan ini sehingga pengawasan dari pihak sekolah juga bisa optimal. Misalnya, tidak setiap hari tapi ada hari tertentu anak-anak diperbolehkan membawa dan bermain di waktu dan tempat tertentu. Dibuat kompetisi antarsiswa juga bisa. Saya rasa, itu bisa menyenangkan dan bermanfaat untuk anak-anak. Intinya adalah karena ini ruang lingkupnya di sekolah, tentunya permainan ini harus bisa diawasi untuk tidak menimbulkan kecelakaan dan tentunya tidak mengganggu aktivitas sekolah,” kata Efriyani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.