KOMPAS.com - Ada berbagai respon terkait permainan lato-lato terkait manfaat dan bahayanya. Terlebih saat dimainkan oleh anak-anak.
Psikolog Klinis Anak yang juga merupakan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPsi UI), Efriyani Djuwita memberikan pandangannya terhadap permainan lato-lato, termasuk saran bagi orangtua.
Efriyani mengatakan, permainan lato-lato sebenarnya mampu menimbulkan rasa penasaran dan memacu diri anak untuk bisa menguasainya. Terlebih, jika orang-orang di sekitarnya banyak yang terampil memainkan lato-lato.
“Tren di masyarakat mengenai permainan ini, mampu menambah rasa penasaran dan ingin mencoba, sehingga pada akhirnya banyak kita jumpai anak-anak memainkan mainan ini di mana-mana,” ujar Efriyani dalam keterangan tertulis.
Baca juga: 6 Tanda Anak Cerdas Secara Emosional dan Cara Mengoptimalkannya
Menurut Efriyani, permainan lato-lato ini dapat menimbulkan emosi positif bagi seseorang, terlebih pada anak-anak, seperti emosi senang saat berhasil dan bangga karena mampu melakukannya.
Hal ini menjadi salah satu emosi positif yang mungkin dirasakan anak saat berhasil memainkan lato-lato.
“Karena permainan ini melibatkan keterampilan motorik dan fisik, maka anak dapat terlatih dalam aspek perkembangan tersebut. Dalam permainan ini, kontrol gerakan motorik tangan juga berperan sehingga gerakan lato-latonya bisa berhasil," ujarnya.
Dari aspek sosial, terang dia, kegiatan bermain ini sedang marak dimainkan oleh semua orang, maka bisa menjadi suatu media yang dapat membantu interaksi sosial anak, seperti dengan cara bermain bersama.
"Selain itu, sense kompetisi juga dapat tumbuh pada anak,” kata Efriyani.
Baca juga: Terkenal Disiplin, Begini Cara Orangtua Jepang Mendidik Anak
Terkait keamanan, Efriyani mengatakan bahwa permainan lato-lato perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan usia anak.
Untuk itu, diperlukan peran orangtua dalam mengedukasi dan mendampingi mereka saat bermain lato-lato.
Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua adalah material mainan tersebut. Karena belum lama ini terdapat kasus anak yang harus dioperasi matanya akibat terkena pecahan lato-lato.
“Pertama tentunya, menyeleksi dulu apakah alat permainan ini sesuai dan cocok untuk anaknya. Kedua, ketika orangtua sudah tahu mana permainan yang aman dan cocok untuk anaknya, orangtua bisa memberikan contoh bagaimana memainkannya terlebih dahulu jika anak memang mengalami kesulitan memainkannya. Di sini, orang tua bisa menjadi play leader dan kemudian secara perlahan membiarkan anak melakukan trial and error dan bermain dengan caranya," paparnya.
Ia juga menyarankan orangtua untuk memberikan aturan kapan permainan ini bisa dimainkan dan di mana tempat yang aman dan cocok memainkannya.
Baca juga: Jangan Dimarahi, Ada 7 Cara Efektif Hadapi Anak Sulit Diatur
Lebih lanjut Efriyani menambahkan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan orangtua adalah menjadi co-player, artinya orangtua bisa menjadi teman bermain anak.
Orangtua juga bisa memegang peran onlooker, yakni orang tua menjadi pengamat dan siap membantu jika anak memerlukan bantuan.
Hal ini juga berarti, jika anak sudah terampil bermain lato-lato, orang tua tetap harus mengawasi.
Menanggapi adanya aturan di beberapa sekolah tentang lato-lato, seperti Dinas Pendidikan (Disdik) kabupaten Bandung Barat yang melarang siswa Sekolah Dasar (SD) membawa mainan lato-lato ke sekolah, Efriyani menyampaikan bahwa aturan tersebut dilakukan sekolah karena beberapa hal.
Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa
Misalnya mengganggu jalannya kegiatan sekolah, menimbulkan risiko kecelakaan, dan lain sebagainya.
“Sebenarnya, sekolah bisa memberikan ruang atau waktu tertentu untuk bermain mainan ini sehingga pengawasan dari pihak sekolah juga bisa optimal. Misalnya, tidak setiap hari tapi ada hari tertentu anak-anak diperbolehkan membawa dan bermain di waktu dan tempat tertentu. Dibuat kompetisi antarsiswa juga bisa. Saya rasa, itu bisa menyenangkan dan bermanfaat untuk anak-anak. Intinya adalah karena ini ruang lingkupnya di sekolah, tentunya permainan ini harus bisa diawasi untuk tidak menimbulkan kecelakaan dan tentunya tidak mengganggu aktivitas sekolah,” kata Efriyani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.