Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2023, 16:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Setiap rumah tangga pasti menghasilkan limbah. Karena itu, limbah rumah tangga harus dibuang pada tempatnya.

Selain itu, limbah rumah tangga juga bisa ditangani secara khusus guna meminimalisir jumlah dan dampaknya.

Mungkin sebagian besar dari kita jika memiliki limbah dapur langsung dibuang ke tempat sampah. Padahal sikap semacam ini hanya akan menambah jumlah limbah di tempat pembuangan akhir saja.

Tetapi, sebenarnya limbah dapur bisa diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat, contohnya pupuk organik cair.

Baca juga: Dosen Vokasi IPB Inovasi Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi

Selain dapat mengurangi dampak negatifnya bagi lingkungan, pupuk organik ini dapat membuat subur tumbuhan yang kita tanam.

Melansir laman Ditjen Vokasi Kemendikbud Ristek, Senin (8/5/2023), Agnes Santi, Guru Jurusan Agribisnis Tanaman, SMK Budi Luhur Sintang, Kalimantan Barat berbagi tips mengolah limbah dapur menjadi pupuk cair organik.

Cara mengolah limbah rumah tangga

1. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alatnya. Anda perlu memotong-motong sampah organik dan memasukkan potongan tersebut ke dalam tong. Tambahkan air dengan perbandingan 2:1 dan aduk secara merata.

2. Setelah bahan dasar siap, jangan lupa larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah serta tambahkan 5 liter air dan aduk hingga merata.

3. Campurkan larutan yang sudah dibuat tadi ke dalam tong yang sudah berisi bahan baku pupuk.

4. Setelah tong yang berisi bahan baku tercampur dengan larutan bioaktivator pastikan tong tersebut tertutup dengan rapat.

Baca juga: 4 Tips Mahasiswa Vokasi Cepat Dapat Kerja

5. Masukkan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan tempat selang sehingga tidak ada celah udara.

"Pastikan benar-benar rapat karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi dari selang itu untuk menstabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus ada udara dari luar masuk ke dalam tong," terang Agnes.

6. Biarkan hingga 7—10 hari, setelah itu Anda bisa mengecek tingkat kematangannya dengan membuka penutup tong dan cium bau adonannya. Jika wanginya sudah menyerupai wangi tape maka adonan tersebut sudah matang.

7. Adonan yang sudah matang ini lalu bisa langsung dipisahkan dengan cara disaring antara cairan dengan ampasnya. Untuk saringannya bisa pakai saringan kain.

"Ampas adonan ini jangan langsung dibuang karena ampasnya juga bisa digunakan sebagai pupuk organik padat," tutur Agnes.

8. Setelah melewati proses penyaringan, cairan pupuk organik ini dapat disimpan ke dalam botol plastik atau botol kaca.

Baca juga: Simak 5 Perbedaan Vokasi dan Sarjana

9. Pengemasan dan penyimpanan yang baik akan membuat pupuk cair organik ini bertahan hingga 6 bulan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com