KOMPAS.com - Saat ini, perilaku body shaming atau menghina penampilan fisik seseorang sering terjadi. Bahkan juga bisa terjadi di dunia maya.
Dari media sosial banyak dijumpai perilaku tersebut. Tentu, hal itu sangat mengganggu bagi orang yang dihina.
Bahkan dampaknya bisa sangat berbahaya jika sudah sangat parah. Seperti mengalami depresi hingga berakhir pada kematian.
Menurut Marini selaku Dosen Psikologi UM Surabaya, body shaming adalah tindakan merendahkan, mengkritik, atau mengejek penampilan fisik seseorang.
Baca juga: Beasiswa Kader UM Surabaya, Bebas Biaya Pendidikan hingga Uang Gedung
Hal ini terjadi karena seseorang cenderung membandingkan standar atau norma yang berlaku di sosial masyarakat.
Body shaming dapat terjadi baik secara langsung, misalnya komentar yang ditujukan secara langsung kepada seseorang.
Maupun secara tidak langsung, misalnya lewat komentar di media sosial atau tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis.
Ia menjelaskan, body shaming ditujukan untuk aspek penampilan fisik, seperti berat badan, ukuran tubuh, bentuk tubuh, warna kulit, bentuk wajah, atau bagian tubuh lainnya.
Ini bisa berupa komentar yang merendahkan atau ejekan terhadap tubuh seseorang, penilaian negatif tentang penampilan seseorang, atau pembandingan dengan standar yang tidak realistis.
Dalam psikologi sosial, hal ini terjadi karena penilaian sosial terhadap penampilan fisik mempengaruhi persepsi individu terhadap diri mereka sendiri atau orang lain.
Baca juga: Ini Biaya Kuliah Jurusan DKV UM Surabaya
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.