Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Makan Sehari Sekali? Ahli Gizi UM Surabaya: Bisa Picu 4 Hal Ini

Kompas.com - 20/05/2023, 17:03 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Terkadang seseorang yang ingin punya tubuh langsing rela melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan makan sehari sekali saja.

Menurut Depkes RI, frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan.

Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari 3 kali makan utama yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam. Sedang jadwal makan dibagi menjadi makan pagi (sebelum jam 09.00), makan siang (12-13) dan makan malam (18.00-19.00).

Menurut ahli gizi UM Surabaya Tri Kurniawati, jadwal makan disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4 jam sehingga waktu makan yang baik adalah dalam rentang waktu tersebut.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Ini Dampak dan Cara Mangatasi Body Shaming

Tentu tujuannya agar lambung tidak dibiarkan kosong terlalu lama. Sebab, pola makan yang tidak teratur seperti terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan tidak makan dapat membuat perut mengalami kekosongan dalam jangka waktu yang lama.

"Jadwal makan tidak teratur tentunya akan berdampak pada lambung," ujarnya dikutip dari laman UM Surabaya.

"Makan yang tidak teratur membuat rasa lapar yang lebih dibanding orang yang lapar makan teratur, sehingga akan lebih sulit mengontrol apa yang akan dikonsumsi, sehingga jumlah yang dikonsumsi lebih banyak," jelas dosen Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini UM Surabaya ini.

Makan sehari sekali memicu beberapa hal

Ia juga mengatakan, makan sehari sekali tentunya bukan hal yang dianjurkan karena akan memicu beberapa hal, yakni:

1. Memicu kelelahan

Pola konsumsi yang tidak teratur selama beraktivitas, dapat meningkatkan penggunaan cadangan energi otot.

Baca juga: Beasiswa Kader UM Surabaya, Bebas Biaya Pendidikan hingga Uang Gedung

Akibatnya terjadi pengurangan glikogen otot yang dapat menimbulkan rasa lelah dan akan berbanding lurus dengan penurunan kadar glikogen otot.

2. Memicu kondisi mengantuk

Kandungan karbohidrat pada makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan kadar gula darah naik dan turun secara cepat, yang dapat menyebabkan tubuh mudah lelah.

Tubuh akan melepas insulin dan banyak asam amino trifosfat yang akan masuk ke otak dan dapat memacu hormon serotonin yang memiliki efek relaksasi dan mengantuk.

3. Kelebihan jumlah makanan di konsumsi

Meskipun sudah menahan nafsu makan untuk membatasi kalori, tetapi pada akhirnya seseorang akan mengonsumsi banyak kalori saat waktu makan tiba.

Hal tersebut diakibatkan karena menahan lapar dalam waktu yang lama. Kalori akan tambah menumpuk jika mengonsumsi makanan berlemak, makanan olahan, atau camilan.

4. Kekurangan nutrisi

Selain kuantitas atau jumlah, maka kualitas makanan yang dikonsumsi harus diperhatikan.

Jika tubuh hanya konsumsi satu kali sehari yang seharusnya 3 kali sehari maka ada kebutuhan gizi secara kualitas dan kuantitas yang belum terpenuhi.

Baca juga: Ini Biaya Kuliah Jurusan DKV UM Surabaya

Tentunya yang bila terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan seseorang jatuh ke dalam kondisi kekurangan gizi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau