KOMPAS.com - Terkadang kita langsung membuang sampah ke tempat sampah. Tapi, ada beberapa sampah organik yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya bisa dijadikan pupuk organik cair.
Apa saya bahan-bahan atau jenis sampahnya? Dosen Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri), Martha Aznury memberikan penjelasan.
Dilansir dari laman Ditjen Pendidikan Vokasi, Jumat (4/8/2023), inovasi pupuk cair organik yang dibuat tentu jauh lebih ramah lingkungan dan juga sangat ekonomis.
Adapun pupuk cair organik inovasi Martha yang diberi nama Polsri G. 044 ini merupakan pupuk cair organik. Pupuk ini dibuat dengan memanfaatkan sampah-sampah organik yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Baca juga: Sabun Tangan Inovasi Mahasiswa UMM dari Bahan Daun Jambu Air
Sampah-sampah organik atau bahan sederhana tersebut juga sangat mudah ditemukan di dapur-dapur keluarga Indonesia, seperti kulit bawang merah, kulit telur, dan air kelapa.
"Komposisi pupuk ini adalah 0,5 kilogram kulit telur dan kulit bawang, air kelapa satu liter, serta air biasa 10 liter. Air yang digunakan sebaiknya air sumur atau air tanah bukan air PDAM agar hasilnya maksimal," terang Martha.
Tak hanya bahan-bahan itu, Martha juga menambahkan sedikit molase yakni hanya sekitar 200 mililiter saja. Molase atau biasa disebut tetes tebu merupakan hasil samping dari proses pembuatan gula tebu (refined sugar).
"Kalau tidak ada molase, bisa pakai gula merah. Kalau tidak ada juga bisa volume air kelapanya saja ditambah menjadi dua kali lipat, jadi dua liter," jelas dia.
Sedangkan untuk prosesnya ialah semua bahan-bahan tersebut ditempatkan dalam satu wadah atau tong tertutup kemudian disimpan untuk proses fermentasi.
Penggunaan air kelapa dan molase akan berperan membantu proses fermentasi bahan-bahan lainnya. Untuk lama waktu fermentasi sekitar empat bulan.
Baca juga: Cegah Jerawat, Mahasiswa UNY Inovasi Face Mist dari Belimbing Wuluh
Semakin lama proses fermentasi dilakukan maka kualitas pupuk organik cair yang dihasilkan akan jauh lebih bagus.
Sedang untuk pengaplikasiannya, pupuk cair ini harus dicairkan dengan air biasa sebelum digunakan. Perbandingannya 1:100, jadi benar-benar sangat bagus dan ekonomis.
Cairan pupuk cair organik ini digunakan dengan cara disemprotkan langsung pada tanaman. Sejauh ini penggunaan pupuk cair organik tersebut baru digunakan untuk jenis tanaman seperti sayuran.
"Kalau tanaman keras belum, karena mereka perlu komposisi nutrisi yang lebih banyak," jelas Martha.
Tentu, pupuk cair organik ini sangat bermanfaat untuk menyuburkan tanaman. Tidak hanya itu, penggunaan pupuk organik ini juga sangat ramah lingkungan karena tidak mengandung zat kimia berbahaya yang bisa merusak lingkungan.
Untuk itulah salah satu keunggulan dari pupuk cair ini bisa menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, petani juga bisa menghemat biaya produksi karena menekan biaya untuk pupuk tanaman dan hasil panen juga lebih baik.
Meski belum diproduksi secara massal, pupuk cair organik ini sudah dimanfaatkan oleh para petani sebagai bagian dari Program Pengabdian Masyarakat (PKM) Polsri.
Baca juga: Polines Inovasi Aplikasi Digital bagi Warga Desa Kaligentong
Salah satunya adalah para petani di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.