KOMPAS.com – Lulus tanpa skripsi pernah dijalani oleh mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Wahyu Cahyono Putro.
Wahyu bisa lulus tanpa skripsi berkat usahanya saat mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) besutan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Awalnya, Wahyu bercerita bahwa antusiasmenya dalam PKM karena saat itu sedang gencar-gencarnya pembukaan tahun 2021.
Baca juga: Unej Terapkan Aturan Mahasiswa Tidak Wajib Skripsi pada 2024
Ia juga mengaku bahwa sejumlah seniornya yang juga berhasil lulus kuliah tanpa skripsi membuatnya berkeinginan untuk mengikuti jejak mereka.
“Di PKM waktu itu lagi gencar-gencarnya pembukaan, jadi aku semangat aja buat join terus ikut kegiatannya,” ungkap Wahyu, dilansir dari laman Unair.
Ia tidak menyangka bahwa keputusan itu akan banyak mengubah jalannya di perguruan tinggi.
Pria asal Probolinggo ini berhasil lolos pendanaan PKM dan seketika juga keinginannya mendapatkan ‘tiket emas’ untuk lulus tanpa skripsi bisa terkabulkan.
Dengan itu, ia berhasil lulus dan menjadi wisudawan tepat pada tahun 2023.
Meskipun ia berhasil lulus tanpa skripsi, bukan berarti ia bisa menjadi alumnus tanpa menghasilkan satu karya apa pun.
Sebagai ganti skripsi itu, ia menyusun satu artikel ilmiah yang jadi syarat pengganti skripsi itu.
“Lebih tepatnya, skripsiku itu berdasarkan hasil penelitian dan karya ilmiah berbasis kompetisi PKM-KC (Karsa Cipta, Red) tahun 2021 yang pernah aku ikutin bareng timku. Jadi dengan karya ilmiah dengan tema yang aku usung di PKM aku jadiin skripsi,” jelasnya.
Baca juga: Ners UM Surabaya: Jangan Lakukan 5 Hal Ini Sesudah Makan
Artikel ilmiah tersebut ia susun dengan judul EMOSIA: Media Edukasi Emosi untuk Anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder). Ia, tim serta kerja sama dengan salah satu vendor menghasilkan satu aplikasi yang ia jadikan payung agar bisa menyusun artikel ilmiahnya dari karya itu.
Sebagai informasi tambahan, EMOSIA merupakan satu aplikasi yang mereka ciptakan untuk anak dengan ASD. Mereka dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk mengenali dan mengembangkan emosi yang ada pada dirinya.
Bagi Wahyu, antara lulus dengan skripsi atau tugas pengganti berupa artikel keduanya sama-sama tidak mudah.
Ketika memutuskan untuk berpartisipasi dalam ajang PKM, perlu waktu yang panjang dan proses yang tidak mudah untuk melaluinya.
“Kalau gak salah itu (perjalanan PKM, Red) berlangsung selama kurang lebih sebelas bulan dari awal banget sampai hari H penentuan kelulusan Pimnas-nya. Kita harus pinter manajemen waktu karena tentunya kita masih mengikuti kuliah dengan bobot dan kesibukannya masing-masing,” ujarnya.
Wahyu sebagai ketua tim waktu itu harus banyak mengatur selama prosesi berlangsungnya kompetisi. Menurutnya, proses itu bertambah sulit karena pada masa itu tengah mewabahnya Covis-19 dan setiap pekerjaan harus berbasis di rumah masing-masing.
Baca juga: Warek I: Sudah Ada Praktik di UGM Tugas Akhir Film Dokumenter
Ia juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang berjasa di dalamnya. Ia juga secara khusus menyebut dosen pembimbing dan rekan setimnya Arya, Yoga, Nidya, dan Ice yang sudah menemaninya sebagai sejawat pejuang PKM.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.