Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti: Bentakan dan Teriakan Tidak Efektif Membuat Anak Disiplin

Kompas.com - 06/10/2023, 16:00 WIB
Theresia Aprilie,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak sedikit orangtua yang menginginkan anaknya tumbuh menjadi sosok yang disiplin.

Hanya saja, pola pengasuhan yang keliru bisa membuat keinginan tersebut tidak terwujud. Justru, salah cara mendidik bisa membuat kesehatan mental anak menjadi bermasalah.

Kondisi itu diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh University of Cambridge dan University College Dublin yang menunjukkan bahwa mendidik anak dengan cara yang terlalu keras malah mengancam kesehatan mental anak.

Baca juga: Menurut Pakar, Ini Tanda Anak Kurang Kasih Sayang dan Cara Menghadapinya

Pola pengasuhan yang melibatkan teriakan berulang-ulang dan memberikan hukuman fisik membuat seorang anak berisiko 1,5 kali lebih besar mengalami kesehatan mental buruk pada usia sembilan tahun.

Jurnal Epidemiology and Psychiatric Sciences, mencatat bahwa sejumlah 10 persen dari 7.500 anak berada pada golongan yang beresiko tinggi dalam menghadapi kesehatan mental yang buruk. Dengan gejala kecemasan, kekecewaan, hingga penarikan diri dari kehidupan sosial.

Penelitian yang menggunakan 7.507 data peserta anak-anak dan remaja berjudul “Growing up in Ireland” juga memetakan gejala kesehatan mental yang mereka alami pada usia tiga, lima, hingga sembilan tahun.

Dr. Ioannis Katsantonis, selaku peneliti dari Fakultas Pendidikan di Cambridge University, menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi dengan adanya andil dari orang tua. Maka dari itu, orang tua harus menghindari didikan dengan cara yang keras.

“Kami tidak menyarankan agar orang tua tidak menetapkan batasan tegas terhadap perilaku anak-anak mereka, namun sulit untuk membenarkan tindakan disiplin yang keras, mengingat implikasinya terhadap kesehatan mental,” jelas Dr. Ionis yang dilansir dari situs resmi Dublin University.

Baca juga: 7 Cara Meningkatkan Prestasi Akademik Anak

Pola didik yang positif penting untuk dukung kesehatan mental anak

Para peneliti juga mempelajari gejala internalisasi kesehatan mental, seperti kecemasan dan penarikan diri dari kehidupan sosial. Selain itu, melihat juga gejala eksternalisasi, seperti perilaku impulsif, agresif, serta hiperaktif.

Dari 10 persen anak-anak yang masuk ke dalam kelompok berisiko tinggi mengalami kesehatan mental yang buruk. Selanjutnya, anak-anak yang mengalami pola didik keras lebih berpeluang tinggi masuk dalam kelompok ini.

Sebab pola didik yang keras seringkali berujung pada perlakuan kasar yang bisa berdampak buruk pada fisik dan psikologis anak.

Walaupun penelitian ini tidak menunjukkan secara spesifik bahwa pola didik menentukan hasil kesehatan mental anak, pola didik yang hangat tidak meningkatkan risiko anak mengalami kesehatan mental buruk.

Maka dari itu, penelitian ini berpendapat bahwa orang tua, pendidik, guru, dan praktisi lainnya harus mewaspadai pengaruh pola didik yang mereka terapkan terhadap anak yang menunjukkan tanda-tanda kesehatan mental yang buruk.

Baca juga: 5 Cara untuk Menjaga Kesehatan Mental Anak

Terlebih, dukungan orang tua juga sangat diperlukan bagi anak-anak yang sudah beresiko mengalami kesehatan mental yang buruk agar masalah tersebut tidak berkembang lebih besar.

Dr. Katsantonis juga menekankan pentingnya dukungan bagi anak-anak yang berisiko lewat cara-cara yang sederhana.

“Dukungan yang tepat dapat berupa sesuatu yang sederhana seperti memberikan informasi yang jelas dan terkini kepada orang tua baru tentang cara terbaik mengelola perilaku anak kecil dalam berbagai situasi,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau