Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Science Film Festival Ajak Siswa SD-SMA Peduli Lingkungan

Kompas.com - 21/10/2023, 18:21 WIB
Theresia Aprilie,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

 

KOMPAS. com – Science Film Festival kembali dilaksanakan di Indonesia. Dalam edisi ke-14 ini, Science Film Festival mengangkat tema “Agenda Restorasi Ekosistem dari PBB”. Restorasi ekosistem bertujuan untuk memperbaiki ekosistem yang telah rusak serta melestarikan ekosistem yang masih baik.

Dengan mengangkat tema ini, para siswa-siswi sekolah dasar hingga menengah diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungannya.

Dalam festival ini terdapat total 18 film yang telah dipilih dari total 150 film yang berasal dari 12 negara, antara lain: Afrika Selatan, Amerika Serikat, Indonesia, Argentina, Brazil, Chile, Inggris Jerman, Kazakhstan, Kolombia, Tanzania dan Thailand.

Baca juga: Siswa SMA/SMK Didorong Kembangkan Film di Indonesia

Proses pemilihan film ini juga melibatkan berbagai juri mulai dari perwakilan siswa dari jenjang sekolah dasar hingga menengah, penggiat pendidikan, guru, hingga dosen.

Science Film Festival kali ini menjangkau siswa-siswi SD sampai SMA di 70 kabupaten atau kota secara hybrid mulai 21 Oktober 2023 – 30 November 2023. Pemutaran film secara luring akan digelar di Jabodetabek, Blitar, Surabaya, Belitung Timur, Medan, serta di sejumlah pusat sains.

Sementara itu, pemutaran film secara daring akan digelar menggunakan platform Zoom, di beberapa kota, seperti Aceh, Arguni, Bintuni, Dolok Sanggul, Flores Timur, Jayapura, dan lain sebagainya.

Baca juga: Film Animasi Rana Uko dan Dokumenter Muara Jambi Bertutur Ajak Anak Muda Hargai Cagar Budaya

Pemutaran film ini juga akan dimeriahkan dengan eksperimen sains yang akan melibatkan siswa-siswi.

Dr. Stefan Dreyer, Direktur Goethe Institute Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, mengungkapkan Science Film Festival kali ini hadir sebagai komitmen dalam menjaga ekosistem dalam pengelolaan lahan, air, dan sumber daya hayati terpadu.

“Tak hanya itu, komitmen ini juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan upaya mengatasi penggurunan, degradasi lahan, erosi, kekeringan, kehilangan aneka ragam hayati, dan kelangkaan air,” tuturnya dalam pembukaan Science Film Festival di Gedung A Kemendikbud, Sabtu (21/10/2023).

Dengan menghadirkan film dari berbagai negara, dia berharap penonton muda bisa sains serta mengeksplorasi kreativitasnya.

Tatang Muttaqin, Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang turut hadir dalam acara ini berharap agar film-film yang disajikan dapat meningkatkan kemampuan sains di kalangan siswa.

“Film menjadi medium penting dalam melakukan kampanye tentang pentingnya sains dan ini sangat relevan dengan fokus Indonesia untuk meningkatkan kemampuan sains di kalangan siswa. Tentu kemampuan ini penting agar mereka memahami sains memiliki hubungan dengan kehidupan terutama terhadap masa depan mereka yang terkait dengan lingkungan,” terangnya.

Baca juga: UAD-Pemda Kolaborasi Ciptakan Alat Pembakar Sampah Ramah Lingkungan

Ia berpendapat bahwa generasi muda zaman sekarang yang telah familiar dengan penggunaan media sosial dapat menyebarkan informasi dari apa yang mereka tonton kepada siswa-siswa lain yang berada di daerah berbeda.

Dengan begini, akan ada lebih banyak orang yang memiliki kepedulian untuk menyelamatkan lingkungan.

Menurut Ina Lepel, Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, sains dapat berguna untuk menemukan solusi terkait permasalahan yang sedang dihadapi oleh ekosistem saat ini.

Baca juga: Intip 5 Museum dengan Tema Sains di Indonesia

“Melalui sains, kita semakin paham tentang pentingnya ekosistem yang sehat bagi kehidupan manusia, upaya mengatasi perubahan iklim, dan pelestarian keanekaragaman hayati. Tak diragukan lagi, kemajuan di bidang sains akan memainkan peran yang sama pentingnya dalam rangka menemukan solusi bagi tantangan yang kita hadapi,”ujarnya.

Terlebih, sekarang ini ada banyak ancaman bagi bumi disebabkan oleh perubahan iklim, sehingga tanah dan laut juga harus diproteksi.

Antusias PGRI dalam mendukung restorasi ekosistem

Dr. Fransiska Susilawati, S.Hut, M.Pd., Ketua Departemen Hubungan Internasional Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), mengungkapkan antusiasnya dapat berkolaborasi dengan Goethe Institute dalam mendukung festival ini.

“Sebagai salah satu organisasi profesi guru di Indonesia, kami memiliki komitmen yang sangat kuat untuk meningkatkan profesionalitas guru. Sehingga kami memutuskan harus bermitra dengan pihak eksternal, salah satunya Goethe Institute,” ujarnya.

Terlebih dalam meningkatkan profesionalitas guru terhadap isu ini, telah diselenggarakan lokakarya pada bulan September lalu. Lokakarya diisi dengan pelatihan yang dihadiri oleh guru-guru di Jabodetabek.

Baca juga: Jaga Keseimbangan Ekosistem, PPI Dunia dan PT VDNI Tanam 1.000 Pohon

Lalu, untuk memastikan hasil dari lokakarya bisa sampai ke murid di kelas, PGRI telah menyiapkan serangkaian strategi. Mulai dari menyebarluaskan informasi tentang Science Film Festival menggunakan kanal-kanal komunikasi yang mereka punya.

Selanjutnya, memastikan guru yang ikut lokakarya membagikan informasi ke sekolah mereka, dengan mewajibkan mereka membuat action plan, sebagai syarat mendapatkan sertifikat pelatihan.

Kemudian, memaksimalkan fungsi Asosiasi Profesi Keahlian Sejenis (APKS) di tiap provinsi untuk menyebarkan dan mempromosikan pengajaran sains yang menyenangkan melalui Science Film Festival.

Baca juga: 5 Contoh Bermain Sains di Rumah, Cocok buat Anak Usia Dini

“Tiga hal itu yang akan kami lakukan sebagai aksi lanjutan dari lokakarya yang kita lakukan di September. Ditambah menggunakan teknologi semaksimal mungkin untuk merangkul semua guru-guru yang ada di Indonesia,” jelasnya.

Pembukaan Science Film Festival ini juga dihadiri oleh lebih dari 200 pelajar. Mereka diajak untuk menonton 2 film. Film pertama merupakan film animasi asal Indonesia yang berjudul “Sang Penerang Desa” menceritakan tentang Puni yang menggagas pembangkit listrik untuk desa.

Baca juga: Bersama PGRI, Kemendikbud, dan Kemenag, Acer Tingkatkan Kinerja Guru Indonesia

Lalu, film kedua berasal dari Jerman yang berjudul “Checker Tobi: The Waste Check” yang bercerita tentang pengelolaan sampah plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna.

Acara ini juga dimeriahkan dengan eksperimen sains yang dapat diikuti oleh beberapa perwakilan siswa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com