KOMPAS.com - Makanan sebaiknya harus habis dimakan. Jangan sampai ada sisa makanan dan dibuang begitu saja sehingga menjadi sampah atau food waste.
Selain itu, ada pula jenis sampah makanan lain yaitu food loss yang juga sering dibuang oleh masyarakat.
Dilansir dari akun Instagram Kemendikbud Ristek, Jumat (24/11/2023), menurut laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) bertajuk Food Waste Index 2021, Indonesia menjadi negara dengan produksi sampah makanan terbanyak di Asia Tenggara.
Berdasarkan data, total sampah makanan yang diproduksi Indonesia setiap tahunnya mencapai 20,93 juta ton. Hal ini berdampak serius terhadap kerusakan lingkungan dan krisis iklim.
Baca juga: Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah, Siswa Harus Tahu
Maka dari itu, masyarakat harus mulai mengurangi food loss dan food waste dengan melakukan beberapa langkah sederhana.
Tentu tujuannya agar menjaga kelestarian bumi dan kesejahteraan umat manusia, terlebih bagi masa depan.
Adalah sampah makanan seperti sayuran, buah-buahan atau makanan yang masih mentah, tetapi sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang begitu saja.
Adalah siswa makanan yang siap dikonsumsi, tetapi dibuang begitu saja dan akhirnya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), sehingga menghasilkan gas metana dan karbondioksida.
Terjadinya penumpukan sampah makanan tentu akan memicu dampak negatif, seperti:
1. Setiap kali makanan terbuang, sumber daya yang digunakan untuk setiap langkah tersebut juga terbuang sia-sia. Misalnya, plastik yang digunakan sebagai kemasan sayuran beku yang dibuang.
2. Untuk setiap makanan yang terbuang, di dalamnya juga terdapat biaya lingkungan yang harus dibayar.
3. Food loss dan food waste juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.
Cara untuk mengurangi food loss dan food waste: