Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar IPB: Penyebab Rusaknya Hutan Amazon karena Ulah Manusia

Kompas.com - 04/01/2024, 08:18 WIB
Sania Mashabi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pakar Genetika Ekologis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ronny Rachman Noor mengatakan, penyebab utama rusaknya Hutan Amazon adalah karena ulah manusia.

Menurut Prof Ronny, manusia seringkali mengutamakan kepentingan ekonomi jangka pendek sehingga membuat ekosistem Hutan Amazon menjadi rusak.

"Penyebab utama rusaknya ekosistem Hutan Amazon adalah ulah manusia yang mengutamakan kepentingan ekonomi jangka pendek," kata Prof Ronny dikutip dari laman resmi IPB, Selasa (2/1/2023).

Baca juga: 10 Beasiswa S2 2024, LPDP hingga New Zealand Scholarship

Kepentingan jangka pendek yang dimaksud Prof Ronny antara lain seperti masuknya perusahaan besar pertanian, tambang dan, peternakan.

Menurut Prof Ronny, masuknya perusahaan besar itu juga telah menyengsarakan masyarakat adat yang menggantungkan hidupnya pada Hutan Amazon.

"Masuknya perusahaan-perusahaan raksasa pertambangan, pertanian, dan peternakan yang meninggalkan kesengsaraan dan kesengsaraan bagi masyarakat adat yang hidupnya bergantung pada keberadaan hutan Amazon. Hutan tropis ini," ujarnya.

Prof Ronny mengatakan, perusakan hutan selama bertahun-tahun telah menyebabkan hutan Amazon terfragmentasi akibat kekeringan.

Sebagian daerahnya berubah menjadi sabana yang mulai memecah-mecah hutan tropis tersebut dan menimbulkan kematian flora dan fauna hingga berdampak pada kerusakan hutan permanen.

Baca juga: Beasiswa S2 Finlandia 2024, Kuliah Gratis di Negara Paling Bahagia

Menurut Prof Ronny, kondisi Hutan Amazon saat ini sudah mengarah pada titik kritis, karena 17 persen Hutan Amazon telah mengalami deforestasi dan suhu global berada di atas suhu pra industri.

"Data empiris menunjukkan kekeringan ekstrim tahun ini memicu kebakaran hutan akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali," tutur Prof Ronny.

"Selain itu, angka kematian satwa liar seperti lumba-lumba yang menghuni danau-danau di Amazon semakin meningkat akibat suhu air yang mencapai 40,9 derajat celcius," lanjut Prof Ronny lagi.


Prof Ronny menuturkan, kekeringan ekstrem yang melanda Amazon juga berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.

Karena sumber air dan makanan berkurang drastis hingga terganggunya transportasi akibat mengeringnya sungai.

Oleh karena itu, Prof Ronny berharap kasus kerusakan Hutan Amazon bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi masyarakat Indonesia.

"Hancurnya hutan Amazon akibat ulah manusia patut menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia karena rusaknya lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati dan hewan akan berdampak pada kelangsungan hidup generasi mendatang," jelas Prof Ronny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau