Hal itu diperlihatkan oleh Beijing Language Culture Institute (BLCI) yang kembali mengadakan pameran pendidikan China pada Sabtu (7/11/2015) dan Minggu (8/11/2015) ini di Ballroom Hotel Ibis Styles, Mangga Dua Square, Jakarta. Ini merupakan pameran pendidikan ke-21 (PPT 21) dilaksanakan lembaga tersebut untuk menarik sebanyak-banyaknya pelajar Indonesia.
"Sekarang ini ini semakin marak program pathway atau dual degree dengan perguruan tinggi di Amerika, Inggris, Kanada atau Australia di China. Buat kami ini peluang sekaligus tawaran untuk meningkatkan skil pelajar Indonesia menghadapi pesatnya penetrasi investasi China di seluruh dunia, termasuk Indonesia," ujar Samuel, Rabu (4/11/2015).
Samuel menuturkan, saat ini perguruan tinggi pemerintah China terus menawarkan peluang studi kepada pelajar Indonesia dengan iming-iming biaya studi lebih terjangkau dibandingkan negara lain. Apalagi, sistem pendidikan di sana sudah lebih terbuka dengan pengantar bahasa Inggris.
Dia menjelaskan, di pameran tersebut pihaknya menawarkan informasi berbagai jenis pendidikan, mulai belajar bahasa Tionghoa, SMP, SMU, Foundation, sarjana (S-1/bachelor)/ Pascasarjana (S-2/master) menggunakan pengantar bahasa China atau bahasa Inggris seluruhnya bagi yang belum menguasai bahasa China.
"Termasuk gelar maupun dual degree kampus dari Inggris, Kanada, Australia, atau Amerika di China. Pelajar bisa memilih gelar universitas-universitas itu, baik seluruhnya di China atau satu atau dua tahun terakhir di negara tersebut sehingga bisa menghemat biaya hingga 70 persen dibandingkan mulai kuliah di Eropa, Australia ataupun Amerika mulai tahun pertama," ujar Samuel.
Adapun bidang studi yang ditawarkan juga beragam, mulai perhotelan, bisnis hingga kedokteran umum (Kedokteran Barat), dan teknik pesawat terbang.
"Selama ini kekhawatiran pelajar yang ingin studi ke China adalah kemampuan bahasa, padahal tidak perlu," tambah Samuel.
Kompetensi
Saat ini, investasi perusahaan China di seluruh dunia semakin gencar, termasuk di Indonesia. Hal tersebut ikut mendongkratk tingginya kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun pebisnis yang mampu berbahasa China di samping kemampuan kompetensi.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Januari 2014 lalu, jumlah investasi China ke Indonesia dari 2010 hingga kuartal keempat 2013 di Indonesia terus membengkak.
Memang, dibandingkan dengan investor asing yang menanamkan modalnya paling besar di Indonesia pada akhir kuartal keempat 2013, investasi China masih relatif kecil. Jepang (4,7 miliar dollar AS) dan Singapura (4,7 miliar dollar AS) menempati peringkat pertama, dilanjutkan oleh AS (2,4 miliar dollar AS), dan Korea Selatan (2,2 miliar dollar AS). Jumlah FDI China ke Indonesia pada akhir kuartal keempat 2013 baru berjumlah 296,9 juta dollar AS.
Jumlah FDI China ke Indonesia tampaknya menarik. Pada 2010, berdasarkan data BKPM, China menginvestasikan 173,6 juta dollar AS, diikuti senilai 128,2 juta dollar AS pada tahun berikutnya, dan pada 2010 menjadi 141,0 dollar AS. Dengan kata lain, investasi FDI China mulai 2012 hingga 2013 meningkat 110,6 persen.
"Sekarang, permintaan perusahaan China terhadap sumber daya manusia dengan kemampuan bahasa China, terutama lulusannya dari sana terus meningkat. Ini tentu dampak positif dan menciptakan peluang tersendiri bagi kita, apalagi dengan akan segera berlakunya MEA dalam waktu dekat," ujar Samuel.
Dia menuturkan, sebagai salah satu lembaga pendidkan bahasa China yang merupakan perwakilan 100 perguruan tinggi di Negara Tirai Bambu itu, BLCI perlu mengantisipasi lonjakan permintaan SDM tersebut. Dia sendiri mengaku selama sepuluh tahun ini telah mempersiapkan sarjana-sarjana dengan skil bahasa China.
"Kami ingin pelajar kita lebih siap menghadapi arus globalisasi. Tidak hanya dari segi bahasa, tapi juga kemampuan kompetensi maupun etos kerja," kata Samuel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.