"UnMarketing", Trik Berjualan dengan Cara yang Tak Pasaran!

Kompas.com - 22/04/2016, 22:33 WIB

KOMPAS.com - "Selamat Pagi, ini dengan Bapak A? Saya B, dari perusahaan C, boleh minta waktunya sebentar? Saya ingin menawarkan produk D dari perusahaan kami."

Apakah Anda akrab dengan kalimat percakapan telepon seperti itu? Kira-kira, seberapa sering dalam sebulan Anda menerima telepon dari orang tak dikenal di tengah padatnya aktivitas?

Cold calling. Itulah istilah yang digunakan untuk menyebut sebuah "panggilan yang tak diinginkan". Panggilan telepon dari nomor asing dari sebuah perusahaan untuk menawarkan jasa atau produknya.

Coba bayangkan, jika panggilan itu datang saat Anda sedang dalam kesibukan yang menuntut konsentrasi penuh atau tengah menunggu panggilan penting. Kira-kira, respons apa yang akan diberikan setelah mendapat telepon bukan dari pihak yang Anda harapkan, melainkan dari orang tak dikenal. Plus, si penelepon tiba-tiba menawarkan produk yang bahkan tak pernah Anda pikirkan?

Mungkin, awalnya kita masih bisa menjawab dengan ramah dan sopan. Namun, apa yang terjadi jika dalam satu hari harus menerima telepon serupa tak hanya satu atau dua kali?

Ini bukan hal mengada-ada. Bisa jadi, akan menjadi hal yang sulit untuk tetap ramah dan sopan dalam menolak tawaran dari orang asing di sebuah siang yang sangat sibuk. Iya kan?

Cara paling lemah

Cold calling adalah salah satu teknik pemasaran dalam sebuah bisnis. Bagi beberapa perusahaan cara tersebut masih menjadi pilihan pertama dan utama untuk menawarkan produk atau jasa mereka. Penawaran produknya bisa bermacam-macam, mulai pembuatan kartu kredit sampai penawaran bergabung di klub olah raga.

Sayangnya, cara itu juga menjadi cara paling lemah untuk dapat menjaring calon pembeli dan menjadikannya sebagai pembeli. Walaupun, menurut perusahaan yang masih menggunakan cara ini, cold calling adalah metode paling sedikit memakan biaya (di depan), tanpa melihat biaya yang banyak dikeluarkan untuk memanggil belasan calon pelanggan lantaran merasa terganggu dengan adanya panggilan itu.

Sementara itu, pernahkah Anda memutuskan untuk kembali ke sebuah restoran atau sebuah penginapan atau sebuah toko "hanya" karena alasan di sana pelayanannya ramah dan nyaman?

Hampir setiap dari kita pernah melakukannya, atau bahkan sering. Kadang, karena satu kejadian kecil yang membekas di hati, Anda dapat seketika terkenang dan menjadikan tempat tersebut tempat favorit. Lalu, tanpa Anda sadari, hal itu menjadikan diri Anda sebagai pelanggan yang terus kembali setiap kali memerlukan barang atau jasa yang sama. Tentunya, transaksi yang terjadi kemudian dilakukan dengan kesadaran.

Era digital

Itu tadi adalah sedikit cuplikan yang diulas di buku UnMarketing. Sebuah buku bisnis yang membahas mengenai pemasaran dengan cara yang tak biasa, namun terbukti keberhasilannya, yaitu berhenti memasarkan, jalin hubungan.

Menurut Scott, penulis UnMarketing, pemasaran bukanlah bisnis. Meskipun menjadi bagian dari bisnis, pemasaran adalah sebuah cara untuk mencapai tujuan, yaitu terjadinya bisnis antara calon pembeli dan perusahaan.

Cara yang baik dan biasanya berhasil adalah dengan menjalin hubungan antara penjual dan pembeli. Hubungan bersifat akrab, dan yang terpenting adalah hubungan asli.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau