JAKARTA, KOMPAS.com - Kuliah online tidak seperti umumnya dibayangkan orang-orang. Jarang bertemu dosen dan berada di kelas bukan berarti tak bisa berprestasi.
Salah satunya Muhammad Ismail, mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Binus Online Learning, yang meraih juara pertama di ajang Final National Competition Augmented Reality (NCAR) 2016, yang diselenggarakan oleh Universitas Telkom, 21 Mei 2016 lalu.
NCAR merupakan ajang pertama tingkat nasional yang bertujuan untuk membangkitkan minat mahasiswa Indonesia untuk lebih aktif mengembangkan produk dan melakukan riset Augmented Reality (AR). Ada 27 universitas ambil bagian dalam kejuaraan ini dan masing-masing peserta mempresentasikan produk Augmented Reality d ihadapan para juri, diantaranya Alexandra Etienne (ARToolKit Evangelist of DAQRI), Senja Lazuardy (IT Director of AR&Co), dan Hasbi Asyadiq (CTO of Octagon Studio).
Ismail sendiri mempresentasikan aplikasi berbentuk game yang diberi nama 'ARDungeon'. AR atau kepanjangan dari augmented reality, sedangkan dungeon adalah sebutan dari sebuah goa yang penuh dengan monster.
Dia mengatakan, cara memainkan game tersebut mudah. Pengguna cukup menyediakan sebuah marker (kertas) di hadapannya dan membuka aplikasi ARDungeon tersebut melalui mobile kita, lalu arahkan ke arah marker tersebut.
"Nantinya, kita dapat melihat sekumpulan musuh dan monster. User sebagai pengendali bertugas untuk membasmi monster-monster tersebut," ujar Ismail, Selasa (14/6/2016).
Aplikasi yang dibuat oleh Ismail tentu berbeda dengan yang lainnya. Selain game yang dapat berinteraksi, aplikasi ini juga dapat dimainkan oleh lebih dari satu orang (multiplayer).
Ismail menuturkan, ada beberapa kriteria penilaian dalam kompetisi ini, seperti inovasi. Sebisa mungkin peserta yang mengikuti kompetisi ini dapat menghasilkan sebuah aplikasi berbeda dengan aplikasi AR biasanya.
"Lalu ada interaksi. Di sini permainan yang dibuat dapat melakukan aksi atau aktif. Ini bermanfaat, dan aplikasi yang dibuatkan dapat berguna bagi orang-orang," ujarnya.
Menurut dia, apa yang ia pelajari selama ini di kampus sangat berpengaruh besar sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk aplikasi game.
"Seperti mata kuliah User Experience & Interactive Design and Prototype. Kita dapat mempelajari bagaimana membuat sebuah tampilan yang dapat memudahkan user untuk mengingat dan mendapatkan pengalaman dengan aplikasi design kita," jelas Ismail.
Sementara itu, Bambang, selaku Head of Program Information System BOL sekaligus pembimbing Ismail, mengatakan bahwa prestasi yang diraih Ismail mampu menunjukkan bahwa kuliah online tidak seperti dibayangkan banyak orang.
"Walaupun kuliah online tidak bertemu dengan dosen dan jarang pergi ke kampus tentunya orang-orang ragu akan bagaimana nanti hasilnya. Tapi, Ismail bisa membuktikan bahwa tidak bertemu dosen setiap hari, namun mahasiswa masih bisa bertemu, diskusi dan bimbingan dengan dosen jika ada kebutuhan," jelas Bambang.
Kuliah online juga memungkinkan untuk mahasiswa memiliki waktu yang lebih longgar untuk dapat mengekspresikan hobi, bakat dan keahlian yang selama ini dimiliki.
"Saya berharap para mahasiswa yang punya hobi maupun minat di bidang yang lain, mulailah membuat hal-hal atau karya yang baik sehingga nantinya dapat diuji dalam sebuah kompetisi," tambah Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.