Yohan Rubiyantoro
Penulis Sahabat Keluarga

PhD Student, School of Education, University of Nottingham, Inggris.

Menengok Kebijakan Zonasi Sekolah di Inggris...

Kompas.com - 13/07/2018, 17:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AZAN subuh belum lama berkumandang, namun Arif harus bergegas dari rumahnya di daerah Cikokol, Tangerang, Banten. Seusai shalat, ia melaju dengan angkutan umum menuju sekolahnya di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.

"Saya sering merasa kelelahan di jalan," kenang Arif, yang kini berkuliah di Depok.

Ia menuturkan, banyak kawannya dari daerah penyangga Jakarta yang harus menempuh jarak belasan, bahkan puluhan kilometer untuk mengenyam pendidikan di sekolah favorit di Ibu Kota.

Perburuan sekolah, yang kerap disebut sekolah favorit, di Jakarta masih menjadi rutinitas tahunan bagi sebagian orangtua. Bahkan, banyak yang menyiasati status domisili agar putra-putrinya memiliki peluang lebih besar diterima sekolah di Ibu Kota.

Harian Kompas dalam laporannya menyebut, ada orangtua yang "menitipkan" anaknya dalam kartu keluarga kerabat mereka yang tingal di Jakarta. Beberapa orang tetangga saya yang tinggal di Tangerang juga melakukan hal serupa.

Kini, masalah zonasi sekolah menjadi soal di sebagian daerah. Kebijakan nasional ini menuai pro dan kontra. Sebagian orangtua ingin kebijakan ini dibatalkan karena ingin mengincar sekolah favorit meski jauh dari tempat tinggalnya.

Saya sekadar ingin berbagi pengalaman saat mendaftarkan putra-putri saya di Inggris. Negeri tersebut sudah menerapkan zonasi sekolah sejak lama.

Sekolah di Inggris menerima peserta didik baru hanya berdasarkan usia anak dan jarak rumah ke sekolah. Semakin dekat jarak rumah Anda ke sekolah, maka semakin besar buah hati Anda berpeluang diterima di sekolah tersebut. Nomor urut pendaftaran tidak menjadi soal.

Saat mendaftarkan putra-putri saya di sekolah dasar Tiverton School, Birmingham, pada September 2016, saya mendapatkan nomor urut buncit.

Seorang kawan, sesama mahasiswa dari Indonesia yang juga mendaftarkan anaknya, mendaftar lebih dulu. Namun, karena jarak rumah saya yang hanya sepelemparan batu dari sekolah, anak saya yang diterima.

Saya kerap berbincang dengan Matthew, Kepala Tiverton School, tentang kebijakan pendidikan di Inggris. Ia bertutur, Departemen Pendidikan Inggris menerapkan zonasi sekolah semata-mata demi kepentingan anak.

Pertama, anak-anak akan lebih aman bersekolah dekat dengan rumah. Guru dan orangtua akan lebih mudah mengawasi mereka. Meskipun kondisi lalu lintas di Inggris sudah sangat teratur dan tertata, namun risiko keselamatan di jalan tidak dapat hilang begitu saja.

Zonasi sekolah dapat menekan risiko tersebut seminimal mungkin. Apalagi, bila kita membandingkannya dengan sengkarut lalu lintas di Jakarta.

Kedua, anak-anak lebih produktif di sekolah maupun di rumah. Sebagian besar siswa-siswi di Tiverton School bertempat tinggal maksimal hanya satu kilometer dari sekolah.

Mereka berangkat dengan bersepeda, berjalan kaki, atau menggunakan bus maupun kereta dengan rata-rata dua stasiun/halte pemberhentian. Dengan begitu, mereka tidak kecapaian di jalan dan dapat beraktivitas secara optimal di sekolah.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau